Manfaat olahraga bagi kebugaran tubuh dan kesehatan otak dapat dirasakan seseorang bahkan sejak masa kandungan.
Sebuah penelitian pada 2013 menunjukkan, ibu hamil yang aktif melakukan olahraga melahirkan bayi yang lebih cerdas.
Kemudian, sebuah tinjauan yang diterbitkan dalam CDC’s journal Prevention of Chronic Disease menunjukkan, aktivitas aerobik (olahraga) berhubungan positif dengan kognisi, prestasi akademik, perilaku dan fungsi psikososial seseorang. Sekalipun memang temuan ini memerlukan percobaan jangka panjang dan lebih besar cakupannya.
Tubuh manusia dapat merasakan beberapa manfaat olahraga (seperti penurunan berat badan) perlahan-lahan dan bila olahraga dilakukan berulang kali. Namun, beberapa penelitian menunjukkan manfaat olahraga bagi kesehatan dan kecerdasan otak bisa datang dirasakan seseorang jauh lebih cepat.
Satu studi yang dipublikasikan pada 2013 dalam Journal of Clinical dan Diagnostic Research, menemukan, kalau latihan intensitas sedang yang dilakukan selama 30 menit dapat meningkatkan kemampuan mengingat, perencanaan, penalaran dan memperpendek jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes kognitif.
Penelitian serupa yang dilakukan pada 21 orang dewasa muda juga mengidentifikasi peningkatan akurasi memori dan kecepatan mengingat setelah dilakukannya latihan setengah jam, terlepas apakah latihan itu merupakan latihan aerobik atau latihan kekuatan.
Untuk menjelaskan hal ini, para peneliti dari University of Illinois menganalisis 20 orang mahasiswa dan menemukan latihan treadmill selama 30 menit meningkatkan aktivitas neuroelektrik yang berdampak pada fungsi kognitif, seperti penalaran dan pemecahan masalah.
Tetapi aktivitas neuroelectrik hanya bagian dari jawaban. Para ilmuwan telah menyatakan kalau olahraga meningkatkan produksi hormon yang bermanfaat seperti faktor neurotropik otak (BDNF). BDNF meningkatkan komunikasi antara sel-sel otak dan merangsang pertumbuhan dan perkembangan pembuluh darah dan neuron di hippocampus -- wilayah otak yang bertanggung jawab untuk membentuk dan mengatur memori.
Beberapa studi telah mengaitkan olahraga dan peningkatan produksi BDNF untuk meningkatkan volume hippocampus. Seiring bertambahnya usia, hippocampus menyusut serta merupakan wilayah otak yang pertama kali rusak dan menderita ketika seseorang mengalami penyakit Alzheimer.
Kemudian, efek olahraga dan kesehatan otak seiring bertambahnya usia telah diungkapkan pada temuan di awal tahun ini. Para peneliti mengungkapkan, latihan fisik pada usia dewasa muda meningkatkan kognisi di kemudian hari.
"Memori verbal yang lebih baik dan kecepatan psikomotor lebih cepat pada usia 43-55 tahun jelas terkait dengan lebih baik CRF [kebugaran kardiorespirasi] 25 tahun sebelumnya," kata mereka seperti dilansir Foxnews.
Untuk sampai pada kesimpulan itu, para peneliti mengumpulkan data dari sekitar 9.000 orang dan menemukan orang-orang yang berolahraga setidaknya sekali seminggu lebih baik pada tes kognitif di usia 50 tahun dibandingkan mereka yang tidak berolahraga.
Dan banyak penelitian telah menunjukkan, melakukan olahraga di usia pertengahan dapat mengurangi risiko demensia di usia tua. Data meta-analisis dari 30 percobaan terkontrol secara acak menemukan latihan fisik memiliki manfaat kognitif bagi orang dewasa yang sudah menderita demensia.
Hanya saja, seperti halnya studi lainnya, studi mengenai hal ini masih memiliki sejumlah kekurangan, baik dari sisi cakupan partisipan dan sebagainya. Studi mengenai ibu hamil yang melahirkan bayi cerdas sempat mendapat kritikan karena dipublikasikan terlalu dini sebelum diterima jurnal.
Mungkin bukti terbaik mengenai efek olahraga dan kesehatan otak dapat dirasakan dari pengalaman langsung.
"Berolahraga, bagi saya, memungkinkan saya untuk fokus pada apa yang harus saya lakukan dan menghalangi gangguan, " ujat pelatih kebugaran dari Raleigh, Carolina, LeeAnn Dillon.
Menurut dia, orang yang berolahraga secara teratur lebih mampu untuk fokus dan dapat beraktivitas secara baik di hari-hari mereka. Kemudian, mereka juga diketahui memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan tingkat energi yang lebih tinggi dibandingkan orang yang tidak berolahraga.
"Dan selain memberi saya fokus yang lebih baik, olahraga memberi saya kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan baru," kata Dillon. (WDY)
Penerjemah: Lia Wanadriani Santosa