Denpasar (Antara Bali) - Dinas Perkebunan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali menyatakan harga komoditas hasil perkebunan hingga menjelang pertengahan Oktober 2014 masih menguntungkan petani di daerah itu meskipun terjadi fluktuasi harga mengikuti mekanisme pasar.
"Harga-harga hasil perkebunan rakyat di tingkat petani di Bali saat ini masih cukup bagus, walaupun terjadi fluktuasi tetapi masih menguntungkan," kata Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Bali, I Dewa Made Buana Duwuran di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan harga bunga cengkih kering di tingkat petani di Kabupaten Bangli, Karangasem, Badung dan Jembrana misalnya hingga 13 Oktober 2014 tercatat Rp135.000 per kilogram turun sedikit jika dibandingkan sebelumnya Rp140.000 per kilogram.
"Harga hasil perkebunan ini cukup stabil sepanjang tahun di daerah ini, jadi harga sekarang masih lebih tinggi dari pengeluaran petani," katanya sambil menyebutkan petani memproduksi hasil perkebunan berkualitas bagus sehingga harganyapun terus mengikuti pergerakan sesuai mekanisme pasar.
Sementara harga cengkih basah tetap stabil yakni Rp20.000 per kilogram hingga 13 Oktober 2014. Sedangkan harga kakao di tingkat petani masih bertahan Rp36.300 per kilogram di daerah perdesaan di Bali.
Made Buana menjelaskan harga kopi jenis arabika hasil perkebunan rakyat di daerah ini juga mengalami fluktuasi dan sekarang naik menjadi Rp52.000 per kilogram dari sebelumnya yang hanya Rp50.000 per kilogram.
Harga kopi arabika maupun robusta di daerah ini selama tahun 2014 memang masih mengalami kenaikan, termasuk hasil budi daya lainnya seperti vanili, kacang mete dan tembakau yang semuanya sudah memasuki pasar ekspor.
Dewa Made Buana Duwuran menyebutkan kakao hasil perkebunan rakyat Bali yang mulai memasuki pasar ekspor juga mengalami kenaikan dari Rp32.800 pada Januari 2014 menjadi Rp36.300 per kg dalam minggu kedua Oktober 2014.
Vanili hasil petikan petani Bali yang sebagian besar dikapalkan untuk memenuhi permintaan konsumen di Amerika Serikat tersebut harga di tingkat petani cukup stabil hingga mendekati pertengahan Oktober ini yakni Rp30.000 per kg (basah).
Sedangkan vanili kering yang sudah siap ekspor masih tetap Rp100.000 per kg sepanjang tahun 2014. Bali baru memperdagangkan kopi, kakao dan vanili ke pasar antarbangsa dengan perolehan devisa cukup bagus.
Dewa Made Buana mengakui kakao produksi petani daerah ini dalam jumlah terbatas-belasan ton per bulan-baru mulai memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama konsumen Amerika Serikat, Australia dan Jerman.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali mencatat perolehan devisa dari hasil perkebunan Bali mencapai 1,3 juta dolar AS selama Januari-Juli 2014, mengalami kenaikan hingga 138 persen jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013 yang hanya 563.000 dolar AS. (WDY)
Pemprov Bali: Harga Hasil Perkebunan Untungkan Petani
Selasa, 14 Oktober 2014 11:15 WIB