Denpasar (Antara Bali) - Bali menghasilkan devisa dari ekspor furnitur sebesar 21,68 juta dolar AS pada periode Januari--Juli 2014, atau meningkat 14,56 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 18,92 juta dolar AS.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bali, Jumat, mencatat realisasi ekpor jenis mata dagangan itu untuk volume merosot 70,70 persen dari 9,60 juta unit pada tujuh bulan pertama 2013 menjadi 2,81 juta unit dalam kurun waktu yang sama 2014.
Perdagangan luar negeri itu menunjukkan harga persatuan unit furnitur semakin mampu bersaing di pasaran luar negeri karena dihargai makin mahal setiap unitnya.
I Made Sumatra, pengekspor furnitur di Gianyar, menjelaskan persaingan aneka barang perabotan rumah tangga di pasaran luar negeri relatif cukup ketat. Namun, berkat kreativitas perajin Bali masih banyak mata dagangan jenis antik berhasil memasuki pasaran antarbangsa, terutama ke Amerika Serikat.
Pada sisi lain pengusaha furnitur negara tetangga juga semakin gencar mengisi aneka barang serupa ke pasaran ekspor sehingga menuntut perajin dan seniman Bali untuk lebih kreatif dalam memproduksi barang sehingga mampu bersaing di pasaran luar negeri.
Perajin dan seniman Bali memiliki kemampuan menciptakan rancang bangun (desain) dengan memadukan seni tradisional dengan unsur yang berkembang di negara konsumen sehingga barang antik produksi dari Pulau Dewata tetap eksis ke pasar ekspor.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panasunan Siregar menjelaskan pasaran Amerika Serikat menyerap paling banyak mata dagangan furnitur dari Bali, yakni 16,33 persen.
Menyusul pasaran Jepang 7,06 persen, Australia 5,70 persen, Singapura 1,32 persen, Thailand 5,52 persen, Hong Kong 1,29 persen, Belanda 1,39 persen, Jerman 3,02 persen, Inggris 0,26 persen dan Italia 3,71 persen. (ADT)