Denpasar (Antara Bali) - Bali mengembangkan kapas varietas Kanesia secara terbatas di lahan tegalan sehingga mampu berproduksi antara 10-20 ton per tahun untuk memenuhi keperluan lokal, kata Kepala Dinas Perkebunan Bali I Dewa Made Buana Duwuran.
"Masyarakat Bali memerlukan kapas sebagai bahan kelengkapan ritual adat dan agama disamping untuk bahan baku usaha industri kecil," katanya di Denasar Sabtu.
Ia mengatakan Bali yang menjadi destinasi pariwisata terkenal, memiliki lahan pertanian dan perkebunan yang relatif sangat sempit.
Oleh sebab itu, katanya, perlu pengembangan tanaman bernilai ekonomi, seperti kapas di lahan kurang produktif di Kabupaten Buleleng dan Karangasem.
Dinas Perkebunan Bali pada 2012 uji coba pengembangan tanaman kapas seluas 500 hektare, masing-masing di Kabupaten Karangasem, Bali timur seluas 300 hektare dan di Kabupaten Buleleng, Bali utara seluas 200 hektare.
Kapas jenis baru ini, katanya, juga cukup bagus jika ditanam di lahan produktif, seperti sawah, namun banyak kendala, seperti hama dan penyakit sehingga kurang memberikan hasil yang diinginkan, disamping menganggu produksi pangan.
Buana Duwuran mencontohkan di sawah di subak di Kabupaten Jembrana, Bali barat, pernah diuji coba penanaman kapas jenis unggul itu dan dapat tumbuh dengan baik.
Akan tetapi, katanya, sebelum panen, tanaman kapas terserang hama sehingga petani menjadi rugi. (*/ADT)