Nusa Dua (Antara Bali) - Tokoh senior properti Indonesia, Ciputra, menegaskan, kualitas dan daya saing SDM di sektor properti Indonesia harus semakin ditingkatkan jika ingin memenangi persaingan properti global.
"Dibanding masa-masa kami, memang sekarang jauh lebih baik dan saya bangga akan generasi penerus kami di REI. Tetapi kita harus semakin banyak belajar dan berani maju di kancah internasional karena tantangan akan semakin berat," katanya, di Nusa Dua, Bali, Senin (24/5) malam.
Ciputra dijadualkan akan menjadi salah satu lektor tamu dalam sesi khusus Universitas Federasi Asosiasi Real Estat Internasional (FIABCI) di sela Kongres Dunia Ke-61 FIABCI, pada 24-28 Mei mendatang. Sebetulnya ini kali ketiga bagi Indonesia untuk menjadi tuan rumah setelah dilaksanakan pada 1983 di Jakarta dan 1998.
Yang terakhir dibatalkan karena krisis moneter di Tanah Air yang berimbas pada instabilitas politik dan keamanan pada saat itu. Dalam kongres kali ini, diangkat tema besar Selamatkan Dunia: Tunas-tunas Hijau Bagi Real Estat Berkelanjutan.
Bagi Real Estat Indonesia (REI) Pusat dan Indonesia, kongres kali ini merupakan bentuk pengakuan dunia terhadap kualitas dan progres pembangunan dan investasi properti nasional. Investor properti nasional diketahui menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dengan capaian investasi yang mengagumkan.
Menurut Ciputra, yang pernah menjadi Presiden FIABCI pada 1987, ada satu masalah pokok dalam perkembangan dunia properti nasional yang menjadi kewenangan pemerintah. "Itu adalah aturan kepemilikan properti oleh warga negara asing. Di sini sulit sekali dan ini berimbas pada perkembangan industri properti di Indonesia," katanya.
"Terus terang, Indonesia bukan negara properti. Singapura, Dubai, Makau, dan sebagainya telah demikian sehingga arus investasi bisa lebih deras masuk. Mungkin ini menjadi pekerjaan rumah para generasi penerus di bidang properti nasional untuk bisa meyakinkan pemerintah untuk mengubah peraturan ini," katanya.
Dia mencontohkan, Singapura, 30 persen perekonomian negara pulau itu digerakkan oleh properti yang boleh dimiliki secara sah oleh para warga negara asing. Menurut informasi, sekitar 35 persen properti di negara itu dimiliki oleh WNI yang berniat berinvestasi di sana atau sekedar berdomisili.
Ciputra menyatakan, penguasaan teknologi pembangunan dan pengembangan properti di Tanah Air juga harus dikuasai sepenuhnya oleh SDM dalam negeri. "Masalahnya, harus semakin efisien dan semakin ramah dan tanggap lingkungan. Hemat energi dan tidak merusak lingkungan salah satu hal yang menjadi dimensi penting," katanya.
Dalam kongres ini akan hadir sekitar 1.000 peserta dari berbagai negara. Terbanyak adalah dari Kawasan Asia-Pasifik, meliputi Jepang, China, Malaysia, Australia, India, serta beberapa negara lain. Kawasan Amerika juga menyumbang jumlah kesertaan berarti sebanding dengan rekannya dari Rusia dan negara-negara bekas Uni Soviet.
Geliat bisnis dan industri properti di Kawasan Afrika juga menonjol, ditandai dengan kehadiran sejumlah peserta dari Ghana dan beberapa yang lain. Kawasan Eropa mencatat jumlah peserta yang juga cukup berarti dalam Kongres Dunia Ke-61 FIABCI kali ini.
Bahkan salah satu calon presiden FIABCI periode 2012-2013 yang akan dipilih di kongres di Bali ini adalah Ossita Okoli asal Nigeria, yang akan bersaing dengan Aleksander Romanenko asal Rusia.(*)
Ciputra: SDM Properti Indonesia Harus Ditingkatkan
Selasa, 25 Mei 2010 7:00 WIB