Denpasar (Antara Bali) - PT Holcim Indonesia tertopang pertumbuhan bidang konstruksi di Bali, sehingga penjualan semen secara nasional tidak terdampak signifikan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
"Pertumbuhan penjualan semen secara nasional tahun ini cenderung melambat, tapi kami bisa memanfaatkan peluang pertumbuhan konstruksi di Bali," kata Juhans Suryantan selaku "Vice President" PT Holcim Indonesia di Denpasar, Sabtu malam.
Pihaknya akan terus memanfaatkan peluang maraknya pembangunan hotel di Pulau Dewata itu menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC).
"Bahkan pertumbuhan penjualan di Bali tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan di daerah lain. Apalagi di sini banyak pembangunan infrastruktur menjelang KTT APEC," tuturnya seusai buka puasa bersama para tukang dan kuli bangunan di Desa Budaya Kertalangu, Kota Denpasar, itu.
Juhans menyebutkan bahwa pada semester I/2013 pertumbuhan penjualan semen Holcim sekitar 7,5 persen atau lebih rendah dibandingkan semester I/2012 yang mencapai 14 persen.
"Tahun depan kami prediksi pertumbuhannya tidak sebagus tahun ini karena proyek-proyek infrastruktur sudah selesai. Momen bulan puasa ini juga pertumbuhannya bagus," ucapnya.
Sampai saat ini pangsa pasar Holcim secara nasional sekitar 15 persen. Di Bali hanya dengan satu pewaralaba penjualannya mencapai 14 ribu ton per bulan atau naik 15 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
"Oleh sebab itu, kami akan terus memberikan pelatihan kepada ahli bangunan (tukang) di Bali. Secara nasional kami sudah melatih 19 ribu orang, sedangkan di Bali baru 2.000 orang," ujar Juhans.
Mayoritas saham PT Holcim Indonesia dikuasai oleh Holcim Group yang berbasis di Swiss. Di Indonesia, Holcim mengoperasikan dua pabrik semen, yakni di Narogong, Jawa Barat, dan Cilacap, Jawa Tengah, yang secara keseluruhan kapasitas produksinya mencapai 9,1 juta ton per tahun. (*)