Denpasar (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Klimatologi Bali menyebutkan pemerintah daerah dan masyarakat perlu mewaspadai potensi dampak musim hujan periode 2025/2026 di Bali.
“Masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan potensi bencana hidrometeorologi,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Bali Aminudin Al Roniri di Denpasar, Selasa.
Adapun bencana hidrometeorologi itu yakni banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, terutama kepada warga yang tinggal di daerah rawan terdampak.
Saat terjadi hujan disertai petir dan angin kencang, ia mengajak masyarakat untuk menghindari berteduh di bawah pohon, baliho, maupun bangunan rapuh.
Di sisi lain ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga asupan cairan tubuh karena suhu panas pada siang hari masih potensi terjadi.
Berdasarkan pengamatan BMKG, dari 20 Zona Musim (ZOM) di Bali, satu ZOM sudah memasuki musim hujan yakni di Bangli bagian selatan, Karangasem bagian selatan, dan Klungkung bagian utara.
Sedangkan sebanyak sembilan ZOM terindikasi masuk musim hujan pada November 2025, yaitu sebagian besar Jembrana, Jembrana bagian utara dan Tabanan bagian barat, Jembrana bagian timur, Buleleng bagian selatan, Tabanan bagian utara, Badung bagian utara, Gianyar bagian utara, dan Bangli bagian tengah.
Kemudian Buleleng bagian tengah dan selatan, Karangasem bagian tengah, Tabanan bagian tengah, Badung bagian tengah, Gianyar bagian tengah, Gianyar bagian selatan.
BMKG memperkirakan puncak musim hujan di Bali terjadi pada Januari 2026 di sembilan ZOM dan pada Februari 2026 di 11 ZOM.
Pihaknya juga menyebutkan agar pemerintah daerah diwajibkan mempersiapkan infrastruktur dan mitigasi risiko dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem di wilayah masing-masing.
Masyarakat dapat memantau informasi terkini terkait cuaca dan peringatan ini melalui situs bmkg.go.id, kemudian media sosial yakni melalui @infoBMKG, instagram @staklim.bali.bmkg dan aplikasi infoBMKG.
