Buleleng, Bali (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng, Bali, melalui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) setempat menggelar lomba kreasi olahan tempe tingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai rangkaian peringatan Bulan Bung Karno 2025.
"Banyak yang menganggap konsumsi tempe itu dilakukan masyarakat menengah ke bawah. Padahal dari segi kualitas proteinnya, tempe itu sangat bagus," kata Bupati Buleleng I Nyoman Sutjidra saat membuka secara resmi lomba olahan tempe di Buleleng, Selasa.
Menurut dia, ajang tersebut bukan sekadar perlombaan, melainkan upaya strategis untuk mengangkat nilai gizi tinggi tempe sebagai sumber protein nabati lokal dan mendorong diversifikasi pangan.
Sutjidra mengakui tantangan ketersediaan bahan baku kedelai yang masih sulit dan mahal, yang sempat memukul industri tempe. Namun Pemkab Buleleng akan terus mendorong produksi kedelai lokal.
"Kami ke depan berupaya kedelai sumbernya dari lokal. Kita punya lahan untuk memproduksinya," ujar Sutjidra.
Baca juga: Gubernur Bali ungkap arak Buleleng tembus pasar China
Ia juga menyoroti upaya diversifikasi pangan yang tidak hanya bergantung pada beras melalui budi daya jagung hibrida varietas Goak Poleng yang tengah menunggu panen. Ada juga olahan nasi jagung dari Dinas Pertanian.
"Nanti juga ada nasi dari ketela. Olahan tempe ini bermacam-macam, kita bisa variatif mencari sumber pangan pengganti beras. Ini merupakan salah satu alasan pentingnya kemandirian pangan," kata Sutjidra.
Lomba yang diikuti pelajar SMK se-Buleleng ini menitikberatkan pada kreativitas mengolah tempe tanpa menghilangkan jati rasanya.
Ketua Dewan Juri yang juga Ketua Badan Pengurus Cabang Indonesia Chef Association (BPC ICA) Buleleng Made Setiawan memaparkan kriteria penilaian yang ketat.
"Yang utama adalah tingkat kesulitan pengolahannya. Biasanya tempe digoreng biasa tidak ada kesulitannya. Kami nilai bagaimana mereka mengolah, misal jadi steak, tanpa kehilangan rasa tempe aslinya," ujar Setiawan.
Kriteria penilaian lainnya meliputi hasil akhir (rasa dan tekstur), perspektif penyajian, serta pendamping (sayur dan karbohidrat) dan minuman yang dipasangkan (pairing).
Baca juga: Bupati Buleleng selesaikan program 100 hari kerja
Kombinasi hidangan pendamping dan minuman sangat penting, karena olahan tempe dengan minuman tradisional yang pas akan dapat nilai plus, termasuk kekompakan tim dan hiasan (plating).
"Saya berharap lomba ini bisa mengedukasi generasi milenial bahwa tempe, meski sering dianggap makanan murah, memiliki kandungan gizi yang sangat tinggi," kata Setiawan.
Lomba Olahan Tempe Tingkat SMK ini menjadi bukti nyata komitmen Pemkab Buleleng dalam melestarikan kearifan lokal, meningkatkan apresiasi terhadap pangan lokal bernutrisi tinggi, sekaligus membina kreativitas generasi muda di bidang kuliner.
Kegiatan ini diharapkan menjadi langkah awal untuk memperkuat ketahanan pangan berbasis potensi lokal dan mengangkat citra tempe Buleleng ke kancah yang lebih luas.