Denpasar (ANTARA) - Peneliti Institut Riset SMART Dr Jean Pierre Caliman mengantisipasi pengaruh yang timbul dari sistem agroforestri sawit khususnya untuk petani kecil guna mendorong keberlanjutan lingkungan hidup.
“Kami sebagai periset mengantisipasi potensi efek sampingnya, walaupun efek samping itu tidak selalu negatif,” kata Caliman di sela penutupan Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025 di Sanur, Denpasar, Bali, Jumat.
Apabila sistem agroforestri diterapkan, lanjut dia, maka petani perlu mengantisipasi perubahan yang berpotensi terjadi di antaranya siklus nutrisi, siklus air, hingga pencahayaan karena munculnya tanaman yang berpotensi lebih tinggi atau lebih rendah dari sawit.
Selain itu, juga memberi pengaruh terhadap suhu lingkungan yang memberi dampak salah satunya kepada serangga yang siklus hidupnya juga berbeda.
Menurut dia, integrasi pengelolaan hutan dan perkebunan sawit merupakan metode baru yang diprioritaskan dapat diterapkan oleh petani skala kecil yang menggarap lahan sawit kurang dari 10 hektare.
Baca juga: WWF ungkap 3,5 juta hektare kebun sawit ilegal di kawasan hutan
Adapun sistem agroforestri itu dapat dilakukan melalui kombinasi perkebunan kelapa sawit dengan menanam tanaman pangan serta memperhatikan upaya konservasi keanekaragaman hayati
Caliman yang juga Direktur Institut Riset SMART itu menilai petani kecil terbiasa dan memahami menanam padi yang cocok untuk lahan kering misalnya padi gogo hingga tanaman pangan.
Ia menyebutkan sistem agroforestri juga mendorong produktivitas lahan sawit dan ekonomi petani kecil.
Dia menjelaskan riset memiliki peranan penting dalam pengembangan kelapa sawit apalagi saat ini secara genetik, keberagamannya cukup lebar sehingga memungkinkan mampu beradaptasi dengan perubahan iklim.
Baca juga: WWF ungkap orang utan dapat hidup dengan agroforestri sawit
“Jadi adanya penyakit, kenaikan suhu atau kekeringan itu kami bisa melihat dari pertemuan ini bahwa ada kesempatan untuk memperbaiki itu melalui riset,” katanya.
Adapun riset, kemudian masukan mengenai upaya peningkatan produksi sawit dengan intensifikasi hingga menurunkan deforestasi menjadi catatan penting pada konferensi tersebut.
Berdasarkan data organisasi konservasi World Wildlife Fund (WWF) Indonesia tutupan kebun sawit di tanah air diperkirakan mencapai 17,2 juta hektare.
Dari jumlah itu, luas perkebunan kelapa sawit rakyat di Indonesia mencapai 5,82 juta hektare.