Denpasar (ANTARA) - Lebih dari 2.000 warga Desa Adat Serangan, Denpasar, memanfaatkan akses hasil pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-kura Bali untuk menjalani ritual keagamaan Memintar.
Wakil Bendesa Adat Serangan Wayan Astawa di Denpasar, Senin, mengatakan dahulu lahan di Pulau Serangan ini hanya hutan sehingga sulit bagi warga adat menjalani upacara berjalan kaki mengelilingi pura-pura yang ada.
“Sangat baik sekarang, kalau dulu kita masih hutan perjalanan lewat pasir, lewat pantai, tapi dengan adanya kerja sama PT Bali Turtle Island Development (pengelola KEK Kura-kura Bali) dengan perbaikan jadi bagus masyarakat berterima kasih,” kata dia.
Memintar sendiri merupakan istilah lain dari Melancaran atau upacara Hindu dimana warga membawa perlengkapan ritual mengelilingi desa setiap Tilem Sasih Kenam atau saat bulan mati.
Wayan Astawa menjelaskan tradisi umat Hindu di Desa Adat Serangan ini sudah berlangsung sejak 1965 usai wabah menyerang, sehingga Memintar menjadi upaya menolak bahaya.
“Penolak bala sebenarnya, jadi menghilangkan wabah penyakit dari virus-virus yang ada, dan kita melaksanakan Memintar ini sejak sebulan lalu dengan mecaru dan sampai tiga ke hari ke depan nyejer tapi hari ini puncak,” kata dia.
Ia merasa beberapa tahun terakhir sejak area hutan dibangun kawasan ekonomi khusus mereka menjadi lebih terbantu, sebab warga dari enam banjar lebih mudah mengakses tujuh pura di dalam area ini.
Head of Communication PT Bali Turtle Island Development (BTID) Zakki Hakim membenarkan bahwa kawasan yang mereka kelola terbuka bagi upacara keagamaan.
Ia mengakui bahwa sejumlah area belum dapat diakses sebab sedang dalam proses pembangunan dan lalu lintas alat berat, namun pada puncak upacara Meminter seluruh kawasan diamankan khusus untuk menjaga kesakralan upacara.
“Kalau dari kami utamanya memastikan akses lancar, kemudian jalan-jalan ini kan proyek, ada jalan tanah yang kami pastikan tanahnya rapi jadi pemedek (peserta upacara) bisa jalan, lalu turun ke laut tangganya kami pastikan aman, lalu karena ada anak kecil jadi tenaga keamanan kami turunkan ke lapangan,” ujarnya.
Kolaborasi antara Desa Adat Serangan dan KEK Kura-kura Bali sejak awal dibangun sepenuhnya untuk tujuan keagamaan, namun seiring berjalan waktu kedua pihak memikirkan potensi wisata dari kegiatan tradisi ini.
Zakki mengatakan belakangan mereka mulai terbuka bagi pengunjung menonton ritual Memintar namun mengikuti aturan seperti hanya berada di sekitar warga, menggunakan pakaian adat, dan tidak mengganggu kenyamanan.