Denpasar (ANTARA) - Presiden Komisaris PT Bali Turtle Island Development (BTID) Tantowi Yahya menegaskan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura-kura Bali tidak menjual prinsip hidup Tri Hita Karana.
Hal ini disampaikan Tantowi di Denpasar, Senin, menjawab tudingan yang mengatakan pengelola mengkomersialisasikan falsafah hidup umat Hindu Bali itu.
“Kami dianggap mengkomersialisasikan Tri Hita Karana, padahal tidak, itu adalah pondasi kami, mungkin bisa cari informasi apakah ada unit usaha atau KEK khususnya yang meletakkan pondasi pembangunannya itu adalah Tri Hita Karana,” kata dia.
Mantan Duta Besar Indonesia untuk Selandia Baru itu menjelaskan bahwa jika mereka mau berjalan tanpa menggunakan konsep hidup baik yang digunakan umat Hindu itu mungkin tak akan sulit mencari investor.
Dengan menjual murah kawasan Pulau Serangan tersebut menurutnya sangat mudah dan banyak investor yang menginginkan menguasai Bali.
Baca juga: Investor tanyakan hubungan KEK Kura-kura Bali dengan masyarakat
Namun, pengelola memastikan KEK Kura-kura Bali hanya menerima investor yang selaras dengan falsafah Tri Hita Karana.
“Masuk investor-investor dari negara lain yang konsep pembangunan dan konsep investasinya itu ternyata tidak sesuai dengan Tri Hita Karana, kami tolak,” ujar Tantowi Yahya.
Memilih-milih investor ini menjadi alasan PT BTID mengapa pembangunan di kawasan khusus ini lama namun tetap bertahan dan mampu membayar karyawannya.
“Bukan kami tidak perlu uang, tapi kami konsisten dan konsekuen terhadap Tri Hita Karana,” ucapnya menegaskan.
Salah satu pembangunan yang ia kaitkan dengan komitmen ini adalah marina internasional yang akan segera dimulai proyeknya dengan mengedepankan unsur budaya.
Nantinya ketika marina internasional hadir juga akan menjadi kado bagi masyarakat Bali, sebab Indonesia saat ini belum memiliki marina dan di KEK Kura-kura Bali akan hadir marina pertama.
Baca juga: KEK Kura-kura Bali mulai bangun marina internasional April
Tantowi menjelaskan marina internasional ini berbeda dari pelabuhan biasanya, sebab akan banyak kapal pesiar mewah yang khusus sandar di sana, dimana areanya akan terintegrasi dengan imigrasi dan bea cukai atau dapat diartikan pintu masuk ke suatu negara.
“Astungkara, marina pertama di Indonesia itu adanya di Bali, karena lokasinya yang cantik, pakar-pakar marina yang pernah datang ke sini itu memprediksi ini akan menjadi marina terbaik, tercantik, terindah, terlengkap di dunia,” kata dia.
Dengan salah satu pembangunan ini, Tantowi meyakini akan mampu menggaet banyak wisatawan kaya yang selama ini mampir ke marina milik Singapura dan Thailand karena di Indonesia belum ada.