Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menyatakan bahwa Indonesia berkomitmen memajukan pengembangan riset dan inovasi sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi, serta transformasi nasional.
Karena itu, kementerian tersebut menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) Percepatan Transformasi Perekonomian Indonesia melalui Kemitraan Berbasis Inovasi dengan Korea Industry Intelligence Association (KOIIA).
“Indonesia sedang fokus pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dengan target mencapai PDB (Produk Domestik Bruto) terbesar kelima di dunia. Salah satu sektor yang menjadi tumpuan transformasi ekonomi Indonesia menuju Indonesia Emas 2045 adalah sektor manufaktur, di mana peran industri manufaktur sangatlah penting,” ungkap Sekretaris Menteri Kementerian PPN/Bappenas Teni Widuriyanti dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu.
Secara umum, kerja sama ini untuk mempercepat agenda transformasi ekonomi Indonesia terutama dalam tiga aspek.
Baca juga: Indonesia dan Korsel mulai majukan ekosistem bus listrik di Bali
Pertama, memperkuat program pembangunan ekonomi inovatif. Kedua, mendorong riset dan inovasi sebagai basis kegiatan ekonomi. Ketiga, melaksanakan kegiatan bersama terkait transfer teknologi dan keahlian.
Secara khusus, kerja sama ini mendorong pengembangan sektor ekonomi biru dan manufaktur melalui kerja sama pengembangan ekosistem riset dan inovasi, komersialisasi hasil riset dan inovasi ke industri.
Dalam RPJPN 2025-2045, Indonesia menargetkan kontribusi PDB manufaktur mencapai 28 persen dan pengembangan sektor ekonomi biru yang memanfaatkan sumber daya maritim diprediksi meningkatkan kontribusi terhadap PDB Indonesia dari 7,92 persen pada 2022 menjadi 15 persen pada 2045. Dengan kerja sama tersebut, diharapkan akan terjadi percepatan pembangunan dan transformasi perekonomian nasional sesuai dengan visi Indonesia Emas 2045.
Vice Chair of KOIIA Kim Tae Hwan menerangkan bahwa pihaknya akan berperan mendukung peningkatan nilai tambah produk industri Indonesia melalui optimalisasi teknologi digital seperti Internet of Things (IoT), Big Data, dan Artificial Intelligence (AI).
“Tanpa inovasi teknologi, sektor industri tidaklah kompetitif dan bernilai tambah tinggi,” ucap dia.
KOIIA adalah asosiasi di bawah Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi Republik Korea, yang didirikan pada Agustus 2015 dengan memiliki sekitar 400 perusahaan anggota. Asosiasi tersebut menjalankan berbagai proyek untuk mendorong transformasi digital pada berbagai sektor industri.
Baca juga: Bappenas umumkan pemenang Indonesia's SDGs Action Awards 2023, Bali juara pertama