Jadi, dapatlah sampai batas tertentu dikatakan bahwa Lebaran digital bukan hanya menjadi cara baru terkini bagi banyak masyarakat muslim Indonesia--bahkan juga secara global--dalam merayakan Idul Fitri, namun telah menjadi mode baru tersendiri.
Menjadi semacam kultur baru bagi masyarakat muslim modern dalam mengekspresikan asa, hasrat dan kebutuhan diri secara personal maupun massal pada momen hari raya secara kreatif, dinamis, dan sofistikatif.
Fenomena ini tidak lepas dari eksistensi, peran, dan pengaruh internet itu sendiri sebagai piranti mediator yang merealisasikan masyarakat dengan ruang-ruang virtual secara intensif, akseleratif, dan masif. Dan di Indonesia, jumlah pengguna internet tergolong besar dan diprediksi terus bertumbuh setiap tahunnya.
Hasil survei terbaru dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) bersama SRA Consulting menyebut jumlah pengguna internet di Indonesia tahun 2023 mencapai 215.626.156 pengguna (78,19 persen) dari total populasi sebesar 275.773.901 jiwa.
Terjadi peningkatan jumlah sebesar 1,17 persen dibandingkan dengan data serupa tahun 2022 yang berjumlah 210.026.769 pengguna. Tingkat penetrasi internet tahun 2023 terhadap laki-laki sebesar 79,32 persen dan terhadap perempuan sebesar 77,36 persen.
Di tingkat global, data dari Statista, sebuah lembaga penyedia data pasar dan konsumen global terkemuka, per Januari 2023 menyebut Indonesia bertengger di ranking ke-4 pengguna internet terbanyak di dunia yakni sebesar 212,9 juta pengguna, setelah Tiongkok (1,050 miliar pengguna), India (692 juta pengguna) dan Amerika Serikat (311,3 juta pengguna).
Sementara jumlah pengguna media sosial di Indonesia menurut laporan We Are Social per Januari 2023 mencapai 167,0 juta pengguna (60,4 persen) dengan jumlah pengguna laki-laki sebesar 53,2 persen dan pengguna perempuan sebesar 46,8 persen.
Agaknya pula, smartphone menjadi platform teknologi komunikasi modern berkoneksi internet paling primadona bagi masyarakat Indonesia yang ikut menyumbang pengaruh signifikan bagi fenomena Lebaran digital ini.
Bisa dikatakan, banyak dari masyarakat Indonesia yang seakan ‘tidak bisa hidup’ tanpa memegang smartphone. Ada gejala nomophobia (no mobile phone phobia). Seolah, mereka ini merasa lebih takut ketinggalan gadget daripada ketinggalan dompet di rumah.
Smartphone telah menciptakan ketergantungan begitu mendalam dalam relung kehidupan keseharian sehingga menjadikan diri merasa tidak nyaman jika harus jauh dari HP.
Laporan dari Newzoo, perusahaan data dan riset digital global berbasis di Belanda, menyebut jumlah pengguna smartphone di Indonesia tahun 2022 mencapai 192,15 juta pengguna.
Jumlah itu menjadikan Indonesia menempati urutan ke-4 daftar jumlah pengguna smartphone terbesar di dunia setelah Tiongkok (910,14 juta pengguna), India (647,53 juta pengguna) dan Amerika Serikat (249,29 juta pengguna).
Di bawah Indonesia, tercatat Brasil (138,85 juta pengguna), Rusia (105,9 juta pengguna), Jepang (97,23 juta pengguna) dan Meksiko (80,63 juta pengguna). Sementara data riset dari GSMA Intelligence menunjukkan terdapat 353,8 juta koneksi seluler (128,0%) di Indonesia pada awal tahun 2023.
Seiring waktu, jumlah pengguna ponsel pintar di Indonesia diprediksi terus akan meningkat setiap tahun. Laporan riset Statista bahkan memproyeksi jumlah pengguna smartphone di Indonesia bakal mencapai 268,82 juta pengguna pada tahun 2028.
Plus-minus
Lebaran digital, wajah baru berhari raya
Oleh Prof. Dr. Widodo Muktiyo Selasa, 18 April 2023 9:03 WIB