Denpasar (Antara Bali) - Permintaan tenaga terapis spa dari Bali saat ini tergolong tinggi, khususnya dari sejumlah hotel berbintang di dalam negeri dan kapal pesiar.
Pemilik Apuila Spa Institute, Luciana Ayu Sukmawati di Denpasar, Selasa mengaku, meskipun banyak permintaan, dirinya tak ingin membuka kelas lebih banyak lagi dengan alasan untuk menjaga kualitas daripada kuantitas.
"Semua lulusan dari sekolah ini tak ada yang menganggur karena belum lulus saja, sejumlah tempat spa di hotel berbintang mulai bintang tiga sampai lima ini sudah memesan," katanya.
Sejumlah hotel itu malah selalu minta disediakan 20 terapis, padahal siswa saya sudah habis karena setelah lulus langsung diminta kerja. Saat ini, lembaga pendidikan yang dikelolanya tengah mempersiapkan terapis untuk keperluan kapal pesiar.
Untuk pengajarnya, ibu tiga anak ini mendatangkan terapis profesional dari lokasi spa terbaik yang ada di Bali dan telah bertaraf internasional. Lucia juga memberikan kemampuan berbahasa Inggris bagi para terapisnya agar dapat menjelaskan banyak hal kepada tamu asing.
"Seorang terapis harus menguasai bahasa Inggris dengan baik agar dapat menjelaskan terapi yang diberikan serta dapat menjelaskan kepada tamu dan mendengar keluhan mereka. Sebelum melakukan spa, tamu akan ditanya dan mengisi kertas tentang keluhan sehingga tak seluruh badan dapat dipijat dan ditekan," kata istri dari Eko Junaedy ini.
Berbagai spa diajarkan selama satu bulan penuh selama 26 kali mulai dari reflexology sampai dengan terapi profesional dengan membayar antara Rp3,5 juta hingga Rp5,5 juta.
Setiap bulannya, dia hanya menerima enam siswa dan maksimal 10 siswa, sehingga dalam setahun hanya mampu meluluskan sekitar 100 orang, sedangkan permintaan untuk hotel dan kapal pesiar belum mencukupi.
"Banyak hotel yang tak mau mendidik para spa terapisnya dari nol, karena mereka maunya tenaga langsung jadi dan bisa dipakai. Sementara untuk kapal pesiar, permintaannya sangat tinggi yang minta disediakan sekitar 100 orang," kata dia.
Permintaan itu langsung ditolak Lucia, namun pihak manajemen kapal pesiar justru meminta agar pihaknya mendidik orang-orang yang sudah direkrut sebagai terapis, namun polanya mengikuti standar kapal pesiar.
Banyak hal yang harus diperhatikan sebagai seorang terapis, antara lain daerah punggung yang tak boleh banyak dipijat melainkan hanya diusap saja karena tempat ini banyak saraf-saraf.
"Yang perlu banyak dipijat justru kaki yang setiap hari untuk menyangga badan. Tapi langkah ini tidak berlaku untuk pemijatan ibu hamil melainkan hanya diusap saja, karena sarafnya cukup rentan dan dikhawatirkan akan berpengaruh pada bayi dalam kandungan," kata dia.
Lucia mengaku tak memiliki pendidikan khusus spa, meskipun berhasil menempatkan beberapa anak didiknya sukses hingga menempati posisi asisten manajer di beberapa spa di Bali dan kapal pesiar. Dia memulai karirnya dengan bekerja di sebuah maskapai penerbangan Indonesia, kemudian memutuskan untuk keluar karena bekerja di tempat yang sama dengan sang suami.
Menurutnya, trend spa saat ini adalah four hand massage yaitu dua terapis yang melakukan pemijatan dengan berlawanan arah untuk membuat pasien lebih santai. (*)
Permintaan Terapis Spa dari Bali Tinggi
Selasa, 15 Desember 2009 14:39 WIB