Denpasar (Antara Bali) - Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Provinsi Bali Putu Astawa mengajak masyarakat setempat mendiversifikasi pangan utama di luar beras.
"Diversifikasi pangan menjadi penting dilakukan di tengah kondisi berbagai tantangan yang terjadi di Bali. Di satu sisi penduduk kita semakin bertambah, namun di sisi lain alih fungsi lahan tak terhindarkan," katanya, di Denpasar, Minggu, seraya menyebutkan, ketersediaan air dan teknologi produksi pertanian juga belum berjalan optimal mengiringi pertambahan jumlah penduduk.
Saat ini, kata Astawa, rata-rata tingkat konsumsi beras per kapita masyarakat Bali per tahun sebanyak 116 kilogram. Jumlah itu belum termasuk yang digunakan untuk kebutuhan upacara masyarakat maupun konsumsi wisatawan. "Padahal untuk mencapai ketahanan pangan, setidaknya ada tiga syarat utama yakni menyangkut aspek ketersediaan, pemerataan distribusi, dan faktor keamanan konsumsi," ujarnya.
Namun sayangnya, selama ini di masyarakat masih ada stigma ketika memakan di luar beras sebagai pangan utama, diidentikkan dengan kemiskinan. "Seperti di Nusa Penida, ledok yang masih menjadi menu sebagian besar masyarakat, merupakan salah satu bentuk kearifan lokal di lahan kering yang patut ditiru dan dipertahankan sebagai wujud diversifikasi pangan," ujarnya.(LHS/T007)
Makan Di Luar Beras Tak Berarti Miskin
Minggu, 29 Juli 2012 12:54 WIB