Denpasar (Antara Bali) - Pulau Bali dengan jumlah penduduk 3,89 juta jiwa dan ribuan wisatawan yang sedang berlibur terasa hening dan sunyi saat umat Hindu melaksanakan Tapa Berata Penyepian menyambut Tahun Baru Saka 1934, Jumat.
Kota Denpasar, tempat-tempat wisata dan pusat perekonomian lainnya yang sehari-hari diwarnai kemacetan lalu lintas berubah total menjadi sunyi senyap, bagaikan pulau mati tanpa penghuni, saat umat Hindu mengurung diri melaksanakan empat pantangan.
Pantangan yang wajib dijalani umat Hindu sambil melakukan introspeksi diri berlangsung selama 24 jam sejak pukul 06.00 Wita sebelum matahari terbit hingga pukul 06.00 waktu setempat keesokan harinya yang meliputi "amati karya" (tidak bekerja ), "amati geni" (tidak menyalakan api/lampu), "amati lelungan" (tidak bepergian), dan "amati lelanguan" (tidak mengumbar hawa nafsu/bersenang-senang).
Situasi di Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan yang sejak pagi beberapa kali hujan dan langit berulang diselimuti mendung, hanya terdengar suara alam, kicauan burung, dan aneka satwa lainnya, seperti lolongan anjing.
Sepanjang jalan dan gang-gang tampak sepi, kecuali hanya beberapa pecalang (petugas keamanan desa adat) yang berjaga di ujung gang dan perempatan jalan. Pemandangan serupa juga hampir terjadi di seluruh pelosok tak terkecuali objek wisata dan perhotelan.
Meskipun Nyepi tahun ini jatuh pada hari Jumat tidak mengurangi makna bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat Jumat. Umat Islam dapat mengikuti Jumatan seperti biasa di masjid, musala dan langgar terdekat dengan berjalan kaki.
Bagi umat yang tempat tinggalnya jauh tempat ibadah tersebut, maka shalat Jumat dapat digelar di tempat "darurat" seperti di rumah warga atau aula dengan terlebih dulu dimusyawarahkan dengan kepala desa adat setempat.(*/T007)