Klungkung, Bali (ANTARA) - Pemkab Klungkung akan mengembangkan dua desa wisata yakni Kamasan dan Tihingan, yang diawali dengan pembangunan desa-desa penyangga, kata Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta saat mengadakan koordinasi dengan Dinas Pariwisata di Ruang Rapat Bupati Klungkung, Kamis.
"Pemerintah tidak ingin status desa wisata yang disandang Desa Kamasan dan Desa Tihingan tidak berjalan maksimal. Untuk itu, saya menugaskan dinas terkait agar membuat perencanaan total, karena anggaran yang disiapkan tidak hanya menyentuh fisik saja tetapi sampai tindak lanjut seperti promosi," kata Bupati.
Ke depan, Bupati berharap seluruh potensi yang ada di dua desa tersebut bisa dimasukkan ke dalam even pemerintah seperti festival yang diadakan setiap tahun. "Pemerintah daerah akan membuat perencanaan besar untuk pengembangan dua desa wisata tersebut. Karena anggaran yang disiapkan tidak hanya untuk fisik saja tetapi juga tindak lanjutnya seperti promosi," ujar Suwirta.
Untuk menunjang pengembangan desa wisata itu, Bupati meminta pihak terkait dari dua desa yang hadir untuk lebih awal menata lingkungan dan menjaga kebersihan. Terkait tindak lanjut pertemuan ini, Bupati juga meminta agar semua tokoh masyarakat di dua desa tersebut dikumpulkan dan membahas tentang rencana pengembangan tersebut.
"Selain penataan lingkungan dan penanganan pembangunan, yang terpenting adalah perkuat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di masing-masing desa,” harap Bupati Suwirta.
Sementara itu, Kadis Pariwisata Klungkung, Nengah Sukasta menyampaikan penataan untuk penajaman desa wisata. Desa Kamasan sudah membuat perencanaan berupa pembuatan relief dan patung, termasuk penataan taman di depan Lapangan Kamasan, sedangkan di Desa Tihingan berupa pembuatan candi bentar, patung orang megambel dan barong.
Proyek molor
Selain itu, pengerjaan proyek fisik di Klungkung yang molor dari target pekerjaan juga dicek langsung oleh Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta saat meninjau proyek rehabilitasi berat bangunan Puskesmas Pembantu di Desa Timuhun, Kecamatan Banjarangkan.
Molornya pengerjaan proyek senilai Rp555 Juta ini mencapai 9 persen dari target rampung akhir November mendatang. Dari pengamatannya, beberapa pengerjaan terlihat kurang rapi. Pihaknya pun mencurigai ini imbas dari penawaran oleh pihak rekanan yang jauh turun dari 20 sampai 40 persen saat tender.
"Ini pemborongnya harus bertanggung jawab. Meski penawaran turun harusnya tetap memperhatikan kualitas dan jangka panjang bangunan agar tidak ada kesan proyek pemerintah itu asal-asalan," ujar Bupati Suwirta.
Banyaknya penggunaan tenaga kerja luar juga menjadi perhatian Bupati Suwirta. Ia mengingatkan rekanan agar jangan sampai ada tenaga kerja dari luar yang hanya pembantu mengaku menjadi seorang tukang.
"Ini dikhawatirkan akan berdampak pada hasil pekerjaan proyek tersebut, karena rekanan hendaknya bisa menggunakan tenaga kerja lokal dalam proyek pemerintah sehingga konsep pemberdayaan masyarakat dapat berjalan," katanya.