Singaraja (ANTARA) - Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana menyatakan siap memperluas Taman Makam Pahlawan (TMP) Curastana di Jalan Pahlawan Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali, agar lokasinya lebih representatif dan nilai-nilai sejarah dari taman makam itu lebih bisa dilihat dengan leluasa.
"Saat ini TMP Curastana masih seperti tersembunyi, kesannya hanya dilihat pada kegiatan tertentu saja seperti renungan suci," katanya saat bertatap muka dengan pengurus dan anggota Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) di kantornya, Rabu.
Pada tatap muka dalam serangkaian Peringatan HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI ke 74 itu, Bupati menegaskan bahwa perluasan itu akan membuat orang-orang bisa lebih leluasa untuk berziarah atau bisa menjadi objek wisata taman sejarah yang bisa dikunjungi setiap hari.
Bahkan, TMP itu bisa menjadi ikon Kota Singaraja. "Di luar negeri, TMP yang ada itu ikonik. Orang ke sana untuk melihat sejarah yang ada. Kita masih hitung anggarannya, kalau bisa tahun depan, karena perluasan juga perlu didukung dokumen dan data," kata Bupati Suradnyana.
Oleh karena itu, Gedung Wanita Laksmi Graha akan digeser ke kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Gedung Wanita yang sering digunakan sebagai gedung pertemuan tersebut akan dibangun di lahan Kantor Satpol PP saat ini.
Lokasi Gedung Wanita yang lama akan dijadikan taman untuk memperluas dan mempercantik TMP Curastana. "Kita akan bangun di areal kantor Satpol PP. Kita masih pikirkan dimana kantor Satpol PP selanjutnya. Mungkin bisa di Rumah Dinas Pimpinan DPRD yang kita jadikan kantornya," jelasnya.
Sementara itu, Ketua LVRI Buleleng, Wayan Suwanda, BA menyebutkan tidak banyak yang diharapkan para veteran dari pemerintah dan generasi masa kini, kecuali hanya meminta agar jangan sampai generasi yang sekarang melupakan perjuangan para pahlawan untuk merebut kemerdekaan.
"Dulu, para pejuang menuntut kemerdekaan, namun setelah merdeka, para pejuang atau pahlawan menyerahkan kepada generasi penerus bangsa. Penerus bangsa inilah yang harus mengisi kemerdekaan. Khususnya kaum millenial. Jangan sampai mereka tidak bisa membedakan antara zaman dulu dan zaman sekarang. Jangan sampai mereka melupakan bagaimana beratnya perjuangan merebut kemerdekaan," sebutnya.
Veteran yang sudah berusia 94 tahun ini menyebutkan terdapat 307 pejuang dari Kabupaten Buleleng. Jumlah tersebut merupakan hasil pencatatan dari tahun 1945 sampai dengan 1949.
"Jika memungkinkan, akan kami buatkan catatan yang lengkap mengenai para pejuang. Umpamanya ada pejuang gugur, tahun berapa, kenapa bisa gugur dan gugurnya dimana. Ini sebagai catatan agar para penerus bisa mengenang jasa para pejuang. Dari catatan kami ada 19 pertempuran yang ada di Buleleng," tutup Wayan Suwanda.