Denpasar (Antaranews Bali) - Calon Gubernur Bali terpilih Wayan Koster menyatakan ingin membangun Taman Budaya (Art Center) baru dan memindahkan tempat pelaksanaan Pesta Kesenian Bali dari lokasi selama ini di Jalan Nusa Indah, Denpasar.
"Kami akan meninjau lokasi dulu, ada (lahan Pemprov Bali-red) di Padanggalak, ada di Kertalangu, ada di Tohpati. Kami mau tinjau dulu mana yang paling memungkinkan, pertama dari luasan lahan dan lingkungan sekitar," kata Wayan Koster ditemui di "rumah transisi" di Denpasar, Jumat.
Menurut dia, pembangunan "New Art Center" tersebut menjadi salah satu program prioritasnya dalam memimpin Bali untuk lima tahun ke depan bersama Cawagub Bali terpilih Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati.
"2019 sudah harus mulai tahapan seperti studi kelayakan, DED, perencanaan dan sebagainya, sehingga 2020 saya kira harus sudah ada tahapan untuk realisasinya," ucap Koster.
Terkait dengan kemungkinan lokasi Taman Budaya baru di lahan Pemprov Bali di Pantai Padanggalak, Denpasar, kata Koster harus dipikirkan teknologinya supaya jangan sampai pementasan terganggu dengan suara "berisik" dari ombak laut.
Untuk nilai historis dari Taman Budaya sebelumnya yang telah digunakan sebagai tempat pelaksanaan PKB dari pertama hingga ke-40 kalinya, bagi Koster tidak akan hilang meskipun akan dibangun Taman Budaya yang baru di tempat yang lebih luas.
"Nilai historisnya 'kan Pesta Kesenian Bali. Yang penting Pesta Kesenian Bali tetap jalan dan diwadahi dengan lebih baik lagi, lebih memadai sesuai kebutuhan masyarakat yang ada, itu prinsipnya," ujar Koster.
Laboratorium ISI
Sementara itu, sejumlah panggung dan gedung di Taman Budaya yang lama di Jalan Nusa Indah, Denpasar, nantinya akan dipikirkan apakah tetap dikelola pemerintah provinsi atau akan diberikan pada ISI Denpasar dengan status hak guna pakai sebagai laboratorium seni budaya.
"Saya kira ISI mesti mempunyai fasilitas yang memadai untuk mendukung fungsi pembelajaran," kata mantan anggota DPR RI itu.
Rencana *)Taman Budaya baru tersebut, juga merupakan salah satu janji kampanyenya untuk membangun Pusat Kebudayaan Bali dalam satu kawasan yang meliputi panggung terbuka, gedung teater, museum tematik, dan Bali International Convention Center.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengatakan terkait dengan rencana pembangunan "New Art Center" hendaknya harus diperhatikan penyiapan "stage" atau panggung pementasan bagi seni-seni yang bersifat kekinian.
"Stage-stage di sana (Taman Budaya) awalnya memang disiapkan untuk pementasan kesenian yang bersifat sangat tradisi, tetapi dengan adanya panggung yang mengakomodasi seni kekinian, sehingga semua potensi seni baik seni tradisi, seni kontemporer, dan seni pengembangan bisa difasilitasi agar bisa tampil," ujarnya.
Tak hanya bisa mengakomodasi pementan seni kekinian, "New Art Center" diharapkan juga dapat menjadi pusat pameran yang representatif untuk kegiatan pameran seni rupa internasional.
"Dengan memanfaatkan kemajuan teknologi, Taman Budaya akan dapat memberikan ruang pameran seni rupa yang berkelas internasional. Dengan demikian, dapat memberikan ruang bagi perupa Bali yang selama ini lebih banyak berpameran di luar Bali karena memang Taman Budaya hingga saat ini tidak menyiapkan infrastruktur semacam itu," katanya.
Tak ketinggalan, karena Bali sebagai pusat industri kerajinan, diharapkan Taman Budaya baru bisa dipadukan menjadi pusat promosi perdagangan barang-barang kerajinan andalan Bali. (