Denpasar (Antara Bali) - Seorang pakar pertanian Universitas Udayana Doktor Luh Kartini menegaskan, sistem pengairan tradisional bidang pertanian (subak) di Bali dinilai terbaik di antara sistem pertanian lainnya di Indonesia dan berbagai negara dalam mengintensifkan pembangunan sektor pertanian.
"Sistem subak didukung dengan penerapan pertanian organik sangat berperan dan strategis dalam pelestarian alam dan penguatan budaya Bali," kata doktor Luh Kartini yang juga dosen Fakultas Pertanian Universitas Udayana di Denpasar, Rabu.
Ia menilai, Bali mempunyai potensi besar dalam bidang pertanian, hal itu dilihat dari posisi geografis dengan empat danau besar yang mampu memberikan pembagian air secara merata.
Tiga buah danau yang meliputi danau Beratan, Buyan dan Tamblingan berfungsi sebagai sumber air bagi Bali tengah, barat dan selatan. Sedangkan Danau Batur di Bangli sebagai sumber air di Bali timur.
Perkembangan dalam bidang pertanian di Bali utara memiliki sejarah yang sangat cemerlang, terutama tanaman jeruk di Buleleng timur tahun 1970-1980 yang menjadi tanaman primadona hingga mengantarkan Bali utara meraih sukses dalam bidang ekonomi.
Luh Kartini menambahkan, kondisi demikian mampu meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga banyak anak-anak petani sukses dalam mengenyam pendidikan tinggi. Kondisi itu disusul dengan tanaman anggur di Buleleng barat, namun sekarang kondisinya sangat menurun.
Tanaman mangga, kopi juga sangat berpotensi di wilayah Kabupaten Buleleng, bahkan sampai sekrang kopi Banyuatis masih belum dilupakan masyarakat Bali.
Demikian pula durian Beskala menjadi citra yang sangat terkenal. Namun semua itu kejayaan masa lalu yang kondisinya kini cukup memprihatinkan, kaena hanya sebagian kecil yang masih bertahan.
Luh kartini menambahkan, perkembangan teknologi yang sangat pesat menyebabkan sistem pertanian di Bali berubah dari sistem tradisional ke sistem pertanian konvensional, sekaligus tanah yang tadinya subur berubah menjadi tidak subur, karena banyak keanekaragaman hayati hilang.
Tanaman jeruk yang tadinya menjadi tumpuan hidup masyarakat tidak lagi bisa berkembang, dan mangga yang tadinya manis berusah menjadi masem.
Oleh sebab itu pengembangan pertanian organik yang dirintis pemerintah Provinsi Bali akan mampu mendukung upaya mengembalikan kesuburan tanah, sekaligus pelestarian alam dan seni budaya, terutama yang terkandung dalam subak.
Pertanian organik yang diterapkan di kawasan konservasi mampu mencegah munculnya hal-hal degradasi budaya dengan menekankan terciptanya keharmonisan, ujar doktor Luh Kartini.(*)
