Denpasar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mengusulkan ke pemerintah daerah agar menjaga produktivitas sawah dan luas lahan pertanian.
Hal ini disampaikan Kepala BPS Bali Agus Gede Hendrayana Hermawan menyikapi terus turunnya luasan lahan pertanian yang berimbas pada turunnya produksi padi di Bali.
“Kalau mau mempertahankan atau meningkatkan produksi pertanian berarti yang harus dilakukan pemerintah menggenjot produktivitas dan luas lahannya dipertahankan,” ucapnya di Denpasar, Senin.
BPS Bali mencatat, berdasarkan keputusan Menteri ATR/BPN pada tahun 2024 luas baku sawah di Bali 64.474 ha, menyempit dibanding 2019 yang seluas 70.996 ha.
Luasan yang berkurang 6.522 ha ini, berimbas pada hasil survei sementara BPS Bali September 2025, di mana luas panen padi sepanjang 2025 hanya 99,54 ribu ha atau turun dari tahun sebelumnya yang 103,80 ha.
Padahal, kata dia, jika melihat tiga tahun terakhir periode puncak panen cenderung sama yaitu Mei dan Oktober, sedangkan hasil produksi padi cenderung turun.
“Dengan luas panen 99,54 ribu ha produksi padi di Bali itu tercatat 614,86 rb ton. Jika dibanding 2024 angka ini lebih rendah atau turun 3,24 persen, sejalan dengan produksi padi karena sangat dipengaruhi oleh luas panen dan produktivitas pertanian,” ujar Agus Gede.
BPS Bali juga melihat penurunan pada konversi padi menjadi beras sebesar 3,24 persen akibat turunnya luas panen dan produktivitas tadi menjadi hanya 346,75 ribu ton beras.
Oleh karena itu solusi di tengah kondisi luas lahan pertanian yang menyempit, BPS Bali menyarankan agar penurunan tidak terus terjadi dan produktivitas digenjot. Sebab jika salah satunya saja tidak dilakukan maka dipastikan produksi akan terus menurun.
Mendorong pertanian organik juga bisa menjadi opsi jika kaitannya adalah nilai ekonomi, sebab nilainya lebih tinggi dibanding pertanian biasa meskipun di lahan yang luasnya tetap.
Untuk Bali, menurut Agus Gede, luas lahan pertanian sulit bertambah seperti provinsi lain. Justru pengurangan terjadi, salah satunya akibat pembangunan.
