Denpasar (Antara Bali) - Ekspor ikan dan udang dari Bali selama Mei 2017 terdata senilai 11,861 juta dolar AS, meningkat 1,736 juta dolar AS atau 17,15 persen dibanding bulan sebelumnya (April 2017) yang tercatat 10,125 juta dolar AS.
"Namun perolehan devisa tersebut dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya merosot 487.855 dolar AS atau 3,95 persen, karena Mei 2016 menghasilkan sebesar 12,349,4 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, pengapalan ikan dan udang itu mampu memberikan kontribusi sebesar 23,33 persen dari total nilai ekspor Bali yang mencapai 50,841 juta dolar AS selama bulan Mei 2017, meningkat 26,84 persen dari sebelumnya yang hanya 40,082 juta dolar AS.
Ikan dan udang hasil tangkapan perusahaan perikanan yang mangkal di Pelabuhan Benua, Kota Denpasar maupun hasil tangkapan nelayan setempat itu paling banyak diserap pasaran Amerika Serikat yang mencapai 35,62 persen.
Menyusul diserap pasaran Jepang 24,32 persen, China 9,13 persen, Hongkong 5,31 persen, Prancis 2,46 persen, Australia 5,31 persen, Singapura 1,10 persen, Jerman 1,44 persen, Belanda 1,91 persen dan Spanyol 0,06 persen.
Sedangkan sisanya 13,35 persen menembus berbagai negara lainnya, karena ikan dan udang segar dari Pulau Dewata sangat diminati konsumen luar negeri.
Adi Nugroho menambahkan, ikan dan udang merupakan salah satu dari lima komoditas utama ekspor Bali yang memberikan andil terbesar yakni sebesar 23,33 persen dan produk perhiasan (permata) 18,47 persen.
Selain itu produk pakaian jadi bukan rajutan 12,25 persen, produk kayu, barang dari kayu 8,49 persen serta produk perabot dan penerangan rumah 7,57 persen.
Ekspor ikan dan udang dari Bali dinilai mempunyai prospek cerah pada masa mendatang sehingga Dinas Perikanan dan Kelautan setempat bertekad untuk meningkatkan produksi tersebut.
Berbagai upaya dan terobosan telah dilakukan, termasuk memberdayakan para nelayan dengan memberikan berbagai kemudahan dan bantuan dengan harapan mampu meningkatkan produksi sektor perikanan, ujar Adi Nugroho. (WDY)