Denpasar (Antara Bali) - Pasaran Jepang menyerap 29,16 persen ekspor ikan dan udang asal Bali yang totalnya mencapai 6,62 juta dolar AS selama Februari 2014, menurun 6,09 dibanding bulan sebelumnya.
"Komoditas perikanan yang menembus pasaran negeri Sakura itu berupa ikan tuna beku, ikan tuna segar, udang dan ikan hias hidup," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, aneka jenis hasil perikanan dan kelautan sisanya diserap pasaran Amerika Serikat sebesar 20,80 persen, menyusul Singapura 1,06 persen dan Australia 6,04 persen.
Selain itu juga diserap oleh Prancis 1,46 persen, Hong Kong 8,20 persen, Spanyol 0,10 persen, Italia 0,99 persen, Belanda 0,97 dan jerman 1,93 persen.
Sedangkan sisanya 30,49 persen diserap oleh berbagai negara di belahan dunia, karena matadagangan hasil perikanan Bali mampu bersaing.
Panusunan Siregar menambahkan, sektor perikanan dan kelautan dari Bali selama tahun 2013 menghasilkan devisa sebesar 114,80 juta dolar AS. Jepang di antaranya menyerap 41,04 persen.
Sektor perikanan dan kelautan itu mampu memberikan kontribusi sebesar 23,62 persen dari total nilai ekspor Bali keseluruhan yang mencapai 486,06 juta dolar AS.
Sebanyak delapan jenis komoditas hasil perikanan dan kelautan berhasil menembus pasaran luar negeri, antara lain ikan tuna dalam bentuk segar dan beku menyumbangkan devisa paling besar.
Hasil tangkapan nelayan dan kapal-kapal besar yang dioperasikan sejumlah perusahaan yang bermangkal di Pelabuhan Benoa itu menyumbangkan devisa sebesar 16,80 juta dolar AS dari pengapalan 16,337,5 ton.
Nilai ekspor tersebut berkurang 7,75 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 83,25 juta dolar AS hasil pengapalan ikan tuna sebanyak 14.254,33 ton.
Menyusul ikan kerapu memberikan andil sebesar 10,84 juta dolar AS, ikan hias hidup 3,407 juta dolar, ikan kakap 6,64 juta dolar, kepiting 101.631 dolar, dan ikan lainnya 16,56 juta dolar AS.
Selain itu juga lobster 1,47 juta dolar AS, sirip ikan hiu 150.906 dolar AS. Dua jenis matadagangan hasil perikanan lainnya yang meliputi rumput laut dan ikan nener tidak lagi mampu menghasilkan devisa. (WDY)