Denpasar (Antara Bali) - Perolehan devisa Provinsi Bali dari ekspor ikan kerapu selama triwulan I/2014 senilai 2,62 juta dolar AS menurun 12,85 persen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 3,07 juta dolar AS.
"Sedangkan untuk volume meningkat 9,98 persen dari 314,58 ton pada triwulan I/2013 menjadi 345,98 ton pada triwulan I/2014," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Rabu.
Menurut dia, perolehan devisa dari ekspor ikan kerapu itu mampu memberikan kontribusi sebesar 1,97 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 132,96 juta dolar AS atau naik 8,35 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 122,71 juta dolar AS.
Ikan kakap merupakan salah satu dari 11 jenis perikanan dan kelautan Bali yang menembus pasaran luar negeri yang secara keseluruhan menghasilkan devisa 26,20 juta dolar AS atau 19,71 persen dari total ekspor dari Bali.
Ketut Teneng menjelaskan abhwa pasaran Jepang menyerap 37,17 persen dari total ekspor hasil perikanan dan kelautan dari Pulau Dewata.
Sisanya diserap pasaran Amerika Serikat 16,28 persen, Singapura 1,68 persen, Prancis 0,92 persen, Australia 4,77 persen, Italia 0,97 persen, Inggris 0,79 persen, Spanyol 1,04 persen, Hong Kong 5,26 persen, Jerman 0,73 persen, dan beberapa negara lain 30,40 persen.
Bali menjadi pionir produsen kerapu dan benih bandeng di Indonesia atas dukungan Balai Besar Riset Perikanan Budidaya Laut di Kabupaten Buleleng.
Masyarakat pesisir dan nelayan di sepanjang pantai utara Bali, khususnya di Kecamatan Grokgak mampu mengadopsi rekayasa teknologi pembenihan kerapu dan bandeng atau yang lebih dikenal dengan "hatchery" skala rumah tangga (HSRT).
HSRT berkembang di sepanjang pantai mencapai 2.000 unit memproduksi benih kerapu dari telor sampai menjadi benih ukuran lima hingga tujuh sentimeter.
Nelayan untuk membesarkan bibit hingga mencapai ukuran tersebut membutuhkan waktu selama 25 bulan dan selanjutnya benih tersebut dibesarkan dalam keramba jaring apung (KJA) selama delapan bulan hingga siap dipanen untuk ekspor.
Benih kerapu yang dihasilkan Bali, selain untuk memenuhi pengembangan daerah setempat juga sebagai matadagangan antarpulau, termasuk memenuhi kebutuhan bibit di Sumatera dan Sulawesi.
Secara ekonomis pembenihan kerapu sangat menguntungkan, namun memerlukan keterampilan dan ketekunan dalam pemeliharaan benih ikan yang bernilai ekonomis tinggi itu. (WDY)