Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengusulkan hasil produksi buah-buahan dari para petani setempat agar diolah menjadi wine, sebagai upaya untuk mempercepat peningkatan kesejahteraan petani.
"Selama ini produksi buah kita kalau lagi panen itu harganya anjlok habis-habisan, seperti anggur, salak, dan pisang, sehingga harus ada upaya untuk meningkatkan nilai tambahnya," kata Pastika di dalam rapat Evaluasi Program Bali Mandara, di Denpasar, Senin.
Menurut Pastika, jika mengutip pernyataan para ahli pertanian, maka untuk meningkatkan nilai tambah yang tertinggi itu kalau buah-buahan diolah menjadi wine (minuman beralkohol hasil fermentasi buah-buahan), dibandingkan buah diolah kering menjadi keripik.
"Jadi, kenapa kita `nggak buat (wine-red). Toh bukan untuk konsumsi kita, tetapi untuk tamu atau diekspor. `Kan bisa lebih sejahtera kita, kita kan maunya petani sejahtera," ujar Pastika.
Apalagi, tambah dia, harga minuman keras di sejumlah hotel di Bali itu lebih tinggi dibandingkan di daerah lain dan upaya ini dinilai cukup logis untuk menjual mahal hasil produksi pertanian.
Sedangkan petani di Bali selama ini cukup sulit untuk menjadi sejahtera akibat kepemilikan lahan pertanian yang sempit dan ketika menghasilkan produk ternyata kurang diminati pasar.
Namun, Pastika mengatakan ada kendala regulasi untuk memproduksi wine karena termasuk dalam kategori negatif investasi sehingga pemerintah sudah menyetop izin bagi pabrik minuman beralkohol yang baru.
Padahal produk buah-buahan Bali itu banyak dan konsumennya juga banyak, khususnya untuk kalangan pariwisata.
"Saya minta Kadisperindag coba dicek ke kementerian apa saja masalah regulasinya, dan kalau ternyata mentok, saya juga akan tanya ke Presiden," kata Pastika.
Pihaknya meminta agar dilakukan peninjauan kembali terkait regulasi produksi wine, khususnya bagi Bali yang digunakan untuk kepentingan pariwisata. (WDY)