Perjuangan mencapai kesuksesan diawali dengan keputusan berani berpikir dan bermimpi besar.
Hal itu terjadi dalam kehidupan seorang tokoh putra Bali Drs. I Nyoman Gede Astina, M.Pd, CHT, CHA memilih sebagai pengusaha yang mengelola beberapa institusi pendidikan dan pelatihan dominan bergerak bidang pariwisata.
Gede Astina mengatakan, pencapaian tersebut tidak terlepas dari adanya keinginan dan kesadaran diri sendiri untuk menciptakan perubahan yang lebih baik.
"Impian menjadi modal utama dalam mencapai sesuatu, yang harus diraih dan target dalam kehidupan," ujar Gede Astina yang menyapa ramah wartawan Antara Bali di salah satu kampusnya di Denpasar.
Ia mengatakan, jika hidup itu tidak memiliki impian, berarti tanpa sasaran atau target maka hidup menjadi sia-sia.
Gede Astina mengakui, dalam mencapai impian itu yang paling nikmat ialah proses mencapai hal tersebut. Memang tidaklah mudah, namun sangat layak untuk diperjuangkan.
Selain itu, menemukan pembelajaran yang tidak ternilai jika dibandingkan dengan materi.
Ia mengharapkan, anak-anak muda harus berani mempi untuk mendukung program pemerintah mewujudkan generasi emas Indonesia 2045.
Impian itu mampu terwujud menjadi kenyataan ketika dilakukan dengan etos kerja sepenuh hati, kerja keras dan cerdas, serta fokus terhadap tujuan.
"Senang untuk mengasah diri dengan tekun belajar dari sumber apapun baik formal maupun informal," kata Gede Astina.
Ia menegaskan, proses belajar tidak hanya ketika menempuh pendidikan baik dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Sebenarnya, belajar lebih ditingkatkan ketika terjun ke masyarakat untuk mampu berhadapan dengan berbagai karakter yang ada.
Manusia sejatinya belajar seumur hidup atau "Long life education" dengan rajin membaca buku-buku ilmu yang ditekuni, pengembangan diri, kisah sukses tokoh-tokoh besar dunia, sejarah maupun belajar langsung dengan mentor-mentor yang mumpuni dibidangnya.
Masa Kecil di Desa Kini Menjadi Perkotaan
Gede Astina (64) kelahiran 19 Oktober 1952 di Denpasar memiliki kisah yang menarik, diingat sepanjang hidupnya, karena hal itu yang menghantarkan ke puncak kesuksesan.
Ia menceritakan, mulanya terinspirasi oleh seorang tetangga dari banjarnya yang mandi menggunakan sabun yang nampak busanya, ketika mandi bersama di sungai yang mengalir dekat rumahnya.
"Saya merasa heran dengan orang tersebut, sungguh senang jika mandi menggunakan sabun, selanjutnya dengan penuh penasaran Ia menelusuri bahwa orang tersebut bekerja di perhotelan yang ada di Denpasar," kata Gede Astina.
Sementara Ia tidak pernah mandi menggunakan sabun, hanya menggunakan pasir halus untuk keperluan membersihkan badan maupun sikat gigi.
Hal tersebut, yang membangunkan impiannya untuk bekerja dalam bidang pariwisata, menjadi tenaga kerja di sebuah hotel.
Pada saat itu, hotel dan restoran masih terbatas jumlahnya, sehingga bekerja sebagai pegawai menjadi sebuah kebanggan tersendiri.
Gede Astina mengatakan, hal itu dilakukan sebagai upaya untuk perubahan hidup yang lebih baik, tidak berada dalam kondisi serba kekurangan.
Perjuangan menuju puncak kesuksesannya penuh tantangan, dimana berusaha menggunakan waktu dengan efektif dan tepat guna.
Ia menempuh pendidikan sambil bekerja, Gede Astina duduk dibangku pendidikan dasar SDN 1 Tonja tahun 1958, SMPN 1 Denpasar tahun 1964 dan SMAN 2 Denpasar tahun 1967.
Selanjutnya melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi di Akademi Perhotelan Denpasar (1970-1978).
Bahkan sempat menempuh pendidikan di luar negeri yakni di Hogere Hotel School Den Haag, Belanda tahun 1985.
Setelah lulus di sana, Ia melanjutkan jurusan Sastra Inggris di Universitas Warmadewa (1984-1988) dan jurusan Teknologi Pembelajaran di IKIP Malang (1994-1997).
Selain itu, kini masih menempuh pendidikan gelar doktor konsentrasi kajian pariwisata, Universitas Udayana semenjak tahun 2010.
Gede Astina hidup penuh perjuangan bersama istri tercinta Made Ardani, S.S kelahiran 6 November 1957 di Denpasar. Mereka dikaruniai tiga orang anak dan cucu.
Anak pertama seorang perempuan yakni Putu Anik Permayasari, kelahiran 17 Juni 1978. kedua Made Gede Brihanala Putra, S.ST. Par lahir 24 Oktober 1982 di Denpasar sebagai Manajer PT Bali Duta Mandiri.
Anak Ketiga yakni Komang Ratih Tunjung Sari, S.IP, M.Par., M.Rech, M.Sc kelahiran 10 Oktober 1989 sebagai dosen bahasa Perancis dan "Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition" (MICE) di Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI) dan Sekolah Perhotelan Bali (SPB).
Pengelola Instituti Pendidikan dan Pelatihan
Hal besar, bermula dari keputusan kecil yang dilakukan seseorang untuk melakukan perubahan besar terhadap kemajuan dunia.
Gede Astina telah ambil bagian dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, memulai karir sebagai pelayan restoran Hokong Garden di Denpasar sambil menuntaskan kuliah tahun 1972.
Setelah mendapatkan pengalaman setahun, Ia bekerja sebagi petugas bar di Sanur Beach Hotel selama sepuluh tahun, 1973-1983.
"Saya sempat menjadi dosen di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua (STPND) Bali selama 23 tahun, 1983-2006," tutur Gede Astina.
Ia menambahkan, di tengah-tengah kesibukannya menjadi dosen, mulai tahun 1984 mencoba mengelola beberapa restoran, salah satunya Warung Ongan Gatsu Timur yang terletak Jl. Noja Saraswati No. 12A, Denpasar, Bali.
Sementara pada tanggal 27 Maret 2000 menjadi tonggak perjalan sebagai pengelola institusi pendidikan dengan mendirikan Sekolah Perhotelan Bali bersama beberapa dosen yang mampu menampung 180 orang.
Pengembangan sekolah tersebut, dimana pada tahun 2008 mampu mendirikan Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI) dan Sekolah Perhotelan Bali (SPB), kini Ketua SPB dan Ketua STPBI, I Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA.
Selain itu, tahun 2007 sebagai Direktur Utama PT Bali Duta Mandiri yang menjadi agen perekrutan tenaga kerja baik untuk kapal pesiar maupun ke darat di beberapa negara di dunia.
Bahkan, Ia terus melihat peluang pendidikan dengan mendirikan SMK Duta Bangsa dan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Wira Medika Bali tahun 2009.
Mengelola Basic Safety Training (BST) Kapal Pesiar, Spa Training Center dan Airline Training Center tahun 2010, serta Institut Ilmu Kesehatan Persada Bali tahun 2015.
Dibsamping itu, ia juga aktif organisasi sebagai pengurus bidang sumber daya manusia (SDM) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) kota Denpasar maupun Provinsi Bali.
Wakil Ketua Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS), Ketua Komite SMK Duta Bangsa dan Ketua Komite SDN 1 Tonja.
Gede Astina belakangan ini juga sedang mengembangkan bersama keluarga besar, usaha solusi komunikasi video yang superior dengan perusahaan Talk Fusion.
Talk Fusion adalah pemimpin global dalam teknologi video yang telah berdiri sejak tahun 2007 yang memasarkan dan mengembangkan produk mutakhir untuk menghubungkan orang di seluruh dunia.
"Segala usaha yang dilakukan untuk membahagiakan keluarga, khususnya anak-anak dan istri, serta bisa berbagi dan menolong orang lain yang memerlukannya," ujarnya sambil mengakhiri ceritanya. (*)