I Made Sudjana SE, MM, CHT, CHA kini dipercaya sebagai Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI) yang beralamat di Jl. Kecak No. 12 (Gatot Subroto Timur), Denpasar, Bali.
Ia menuturkan, mengemban kepercayaan tersebut, tentu berani melewati proses yang panjang dengan penuh kerja keras, semangat, kejujuran, dan disiplin. "Mengerjakan tugas dengan baik dan tuntas sesuai dengan budaya organisasi,' ujar Sudjana ketika ditemui di Denpasar.
Kesuksesan, yang diraih dipengaruhi oleh tokoh besar Indonesia Bung Karno yang telah berhasil memplokamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Ia mengaguminya karena kerja keras dan semangatnya tidak pernah padam untuk memperjuangkan kemerdekaan meskipun pernah diperjara oleh Belanda.
"Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 1/2 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita". "Qoute tersebut, yang memberikan motivasi saya dalam menjalani pahit manis kehidupan," ungkap Sudjana yang mengaku memiliki hobi olahraga Sepak Bola, Tenis Lapangan dan Golf.
Selain itu, ada tokoh dari Bali yakni Drs. I Gede Ardhika sebagai Menteri Kebudayaan dan Pariwisata pada Kabinet Gotong Royong. "Beliau juga menjadi panutan saya karena smart, hamble, dan tidak emosional," ujarnya.
Sudjana menuturkan, tidak menyangka saat ini dipercaya beberapa kali menjadi pimpinan lembaga khususnya di bidang pendidikan pariwisata baik institusi negeri maupun swasta. Merintis karir benar-benar dari nol sebagai pegawai pemandu lalu lintas udara, Air Traffic Controller (ATC) pada tahun 1973 s/d 1978 di Airport di Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua.
Tak cukup satu pekerjaan, ia pun merangkap sambil bekerja di Hotel Irian sebagai akunting. "Saya memang, sejak muda sudah belajar bekerja keras dan mengatur waktu sebaik mungkin," tutur I Made Sudjana yang lahir pada tanggal 10 September 1950.
Peningkatan kemampuan diri menjadi kunci utama dalam keberhasilan, baik pendidikan formal maupun non formal. "Sukses tidak cukup dengan kemampuan akademik saja, namun perlu dilengkapi pengembangan diri dan networking," ungkapnya.
Pria yang murah seyum ini memiliki prinsip yang digunakan sebagai pembelajar seumur hidup. Belajar tidak mengenal usia maupun terlambat baik dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja. tTidak mudah berpuas diri merasa sudah bisa. "Tidak ada istilah berhenti belajar, baik formal maupun non formal," jelas Sudjana yang sedang menempuh pendidikan S3 bidang Pariwisata di Universitas Udayana (Unud).
Pendidikan dan Karir
I Made Sudjana, anak ke empat dari duabelas bersaudara mengaku beruntung dilahirkan oleh kedua orang tuanya Ketut Rekug dan Nengah Tekik yang memacu dirinya untuk maju dan mandiri.
"Banyaknya saudara, mendorong saya untuk memutuskan hidup mandiri sejak muda agar tidak bergantung dengan keluarga," ungkapnya.
Ia lulus Sekolah Dasar Negeri (SDN) Timpang tahun 1957 s/d tahun 1963. Selanjutnya menmpuh pendidikan Sekolah Lanjutan Menengah Bawah (SLUB) Tabanan, lulus tahun 1996. "Sejak itulah saya mulai hidup mandiri," tegas Sudjana yang kini sudah memiliki tiga orang cucu.
Pendidikan pun dilanjutkan ke jenjang berikutnya di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Tabanan dari tahun 1966-1969.
Setelah lulus pendidikan tingkat SMA, menempuh pendidikan di luar Bali untuk mendaptkan pengetahuan lebih dan pengalaman baru jauh dari tanah kelahiran. Memilih kuliah di kampus Akutansi Bank Manajement (ABM) sampai tahun 1971. Namun terhenti di tengah jalan, karena kurang dana. "Saya tidak tuntaskan kuliah karena minim dana," ucapnya.
Kondisi tersebut mendesak, menemukan lembaga pendidikan ikatan dinas agar dapat sekolah gratis. Setahun berikutnya I Made Sudjana kuliah ikatan dinas di Lembaga Pendidikan Perhubungan Udara (LPPU) Curug dari tahun 1972 - 1973. Kampus tersebut kini bernama Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug.
I Made Sudjana mengatakan, lulus LPPU Curug langsung menjadi petugas pemandu lalu lintas udara, Air Traffic Controller (ATC) di Airport di Biak, Kabupaten Biak Numfor, Papua. Sekaligus merangkap menjadi staf akunting di Hotel Irian selama lima tahun (1973-1978).
Kembali ke Bali dari Papua, tahun 1980, baru bisa melanjutkan pendidikan S1 Fakultas Ekonomi (FE) Unud, dan lulus tahun 1987. "Fakultas tersebut kini berubah nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB)," ungkapnya.
Ia bercerita, pengalaman luar biasa, sebelum mendapatkan gelar SE dari FE Unud. "Tahun 1978 saya bekerja di Bil Tour Sanur sebagai akutansi dan kasir di Pino Restaurant," tutur Sudjana.
Usai bekerja disana, tahun 1980 I Made Sudjana bekerja di Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata (BPLP) Nusa Dua Bali kini telah menjadi Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua (STPND) Bali. "Berkat pengabdiannya penuh kerja keras dan disiplin, diangkatlah menjadi Pegawai Negeri Sipil," ujar Sudjana dua kali periode rektor STPND Bali tahun 2002 s/d 2010.
Tengah kesibukannya menjadi pegawai BPLP Nusa Dua Bali, I Made Sudjana melanjutkan S2 Magister Manajemen Universitas Airlangga lulus tahun 1995. "Sekarang sedang menempuh pendidikan S3 bidang Pariwisata Unud," katanya.
Dedikasi yang diberikan kepada lembaga I Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA tahun 2002 dipilih menjadi Rektor STPND Bali periode 2002-2006. Periode berikutnya pun tidak disangka dirinya terpilih kembali untuk periode 2006-2010.
Setelah pensiun PNS, ia pun dipercaya menjadi Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI) dari tahun 2010 sampai sekarang dan Direktur Sekolah Perhotelan Bali (SPB).
Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional Denpasar (disingkat dengan STPBI) bernaung di bawah Yayasan Dharma Widya Ulangun Denpasar. STPBI merupakan hasil pengembangan dari Sekolah Perhotelan Bali (disingkat dengan SPB) yang juga bernaung di bawah Yayasan Dharma Widya Ulangun Denpasar.
Persaingan Global
Semenjak diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun 2015 menjadi momentum penting yang akan mempengaruhi perekonomian Indonesia. Sikap optimis generasi muda perlu dibangun, khususnya dan menghadapi MEA dan tantangan global lainnya.
Indonesia secara umum dikenal dengan Sumber Daya Alam (SDA), khususnya bidang pariwisata telah memiliki beragam potensi yang bisa menarik perhatian wisatawan domestik maupun manca negara.
I Made Sudjana mengatakan, mengandalkan SDA saja belumlah cukup, terpenting saat menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) Profesional. Memiliki daya saing global dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik.
Pertama diawali dengan mengubah mindset atau pola pikir yang benar. Para lulusan sarjana mampu menumbuhkan mental pengusaha, bukan mental pencari kerja. Hal itu, pihak lembaga pendidikan memberikan proporsi yang tepat.
Indonesia tentu masih banyak membutuhkan pengusaha-pengusaha baru. "Untuk menjadikan Indonesia negara maju apalagi mewujudkan Generasi Emas Indonesia 2045, tentu mental pengusaha ini menjadi salah satu bagian penting," tegasnya.
Begitu pula, lembaganya telah berharap menjadi lembaga pendidikan tinggi dibidang perhotelan dan kepariwisataan yang unggul, mandiri, dan mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional pada tahun 2018.
Selain itu, I Made Sudjana mengharapkan, generasi muda agar tidak takut bermimpi. Oleh karena impian tersebut akan mendorong maju dan menjadi pondasi yang kuat dalam menjalani kehidupan yang sukses.
Ketika pola pikir sudah benar, SDM bisa melihat sebagai masalah namun SDM visioner akan melihat sebuah peluang. Memupuk ketamajan akan kesempatan tentu perlu keuletan belajar terus-menerus.
"Waktu adalah segalanya, belajar menghargai waktu sebaik mungkin," harap Sudjna yang kini mengembangkan usaha global video komunikasi. Ia menceritakan pengalaman masa-masa perjuangannya. pagi hari kerja di BPLP Nusa Dua, sore kuliah di Unud dan malam kerja di restoran.
"Saya berpesan kepada generasi muda agar selalu kerja keras, disiplin, dan menggunakan setiap kesempatan untuk yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain," tutupnya.
Biodata I Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA
Professional Associtions
1. Tahun 2002 : Penasehat Ikatan Ahli Perhotelan Indonesia (IAPINDO), Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Wakil Ketua Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (PUTRI), Wakil Ketua Himpunan Lembaga Pendidikan Tinggi Pariwisata Indonesia (HILDIKTIPARI)
2. Tahun 2006 : Penasehat Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI)
3. Tahun 2008 : Dewan Pakar Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Parindo
4. Tahun 2010 : Wakil Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI)
5. Tahun 2011 : Wakil Ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI)
6. Tahun 2013 :Wakil Ketua Ikatan Cendiakawan Pariwisata Indonesia (ICPI)
7. Tahun 2014 : Direktur Lembaga Sertifikasi Usaha Pariwisata Bali Mandiri (LSU PBM)
8. Tahun 2016 : Direktur LSP P3 Par BI
Internasional Duty :
1. New York 1987 : Cornel University
2. Miami 1996 : Monitoring Training
3. Bangkok 2003 : APETIT Conference
4. Macao 2004 : APETIT Conference
5. Beijing 2006 : APETIT Conference
6. Iran 2007 : APETIT Conference
7. Goldquest 2008 : APETIT Conference
8. Wellington 2009: Pertukaran Dosen
9. Perth 2010 : Kerjasama Training
10. Singapore 2014 : Rakernas Kopertis
11. Auckland 2015 :APPacHRIE Conference
12. Bangkok 2016 : APPacHRIE Conference
Career :
1. Tahun 1973 - 1978 : ATC Biak dan Hotel Iran
2. Tahun 1978 - 1980 : Pino Restaurant
3. Tahun 1978 - 1983 : Bil Tour Sanur
4. Tahun 1980 - 1983 : Karyawan BPLP
5. Tahun 1983 – 2002 : Dosen BPLP/STP Nusa Dua
6. Tahun 2002 - 2010 : Ketua STP Nusa Dua
7. Tahun 2010 - Sekarang : Ketua STPBI Denpasar
Riwayat Hidup :
Nama : I Made Sudjana, SE, MM, CHT, CHA
TTL : Tabanan, 10 September 1950
Putra : 3 orang (IGP Ari Agus Suradiharja/ Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali, IGM Riko Hendra Jana/PT Bali Duta Mandiri, dan GAK Yanti Yulansari/Thai Airways)
Cucu : 3 orang
SDN Timpang : Tahun 1963
SLUB Tabanan : Tahun 1996
SMAN 1 Tabanan : Tahun 1969
ABM Surabaya : Tahun 1971
LPPU Curug : Tahun 1973
Universitas Udayana S1 : Tahun 1987
Universitas Airlangga S2 : Tahun 1995
Talk Fusion : 18 September 2015
(*)
I Made Sudjana, Rektor Negeri dan Swasta
Senin, 26 September 2016 14:47 WIB