Jakarta (Antara Bali) - Bank Indonesia menyatakan bahwa Gerakan Nasional Non-Tunai (GNNT) diprediksi dapat menghemat anggaran pemerintah dalam mencetak uang kartal.
Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang (DPU) Bank Indonesia, Asral Mashuri saat mengisi pelatihan bertajuk "Temu Wartawan Daerah" di Jakarta, Selasa, mengatakan bahwa melambatnya pertumbuhan kebutuhan uang kartal berkontribusi memberikan penghematan anggaran.
"Kami belum bisa mengatakan berapa (penghematan) tetapi yang jelas mungkin dengan adanya GNNT maka pertumbuhan uangnya akan semakin melambat sehingga kami pasti menghemat jumlah uang atau jumlah berapa miliar yang akan kami cetak di Peruri," katanya.
Menurut dia, pertumbuhan uang kartal mencapai sekitar 18 persen jika dibandingkan tahun lalu namun ia tidak memberikan jumlah kenaikan itu karena menyangkut rahasia negara.
"Pertumbuhannya 18 persen dibandingkan tahun lalu namun kalau tidak ada GNNT mungkin bisa lebih dari itu," imbuhnya.
Dia menjelaskan apabila tidak ada GNNT, kemungkinan pertumbuhan kebutuhan uang kartal akan lebih tinggi dan begitu pula sebaliknya apabila ada GNNT, kemungkinan pertumbuhan kebutuhan uang kartal akan melambat.
Meski demikian, Asral menuturkan bahwa belum ada riset atau kajian yang menyatakan bahwa dengan adanya GNNT maka pertumbuhan kebutuhan uang kartak semakin turun.
"Kenyataannya setiap tahun orderan kami kepada Peruri terus meningkat," imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Asral mengajak masyarakat untuk ikut menjaga kualitas uang kartal sehingga uang kertas tersebut dapat bertahan lama.
Pemerintah dalam hal ini BI menghemat biaya pencetakan uang kartal karena uang yang beredar di masyatakat terjaga kualitasnya.
Dalam mendukung kebijakan uang yang bersih dan berkualitas, pihaknya melalui kantor perwakilan BI di daerah dan kas titipan bekerja sama dengan perbankan melakukan kas keliling rutin ke daerah terpencil dan perbatasan di wilayah NKRI.
Kepada ratusan awak media dari 22 daerah di Tanah Air, Asral juga menjelaskan panjangnya proses pengelolaan uang kartal mulai dari perencanaan, pencetakan, pengeluaran, pengedaran, pencabutan dan pemusnahan uang lusuh.
Proses perencanaan uang kartal tersebut, kata dia, ditentukan oleh estimasi kebutuhan uang berdasarkan asumsi makro ekonomi yakni pendapatan domestik bruto, inflasi, nilai tukar dan suku bunga. (WDY)