Singaraja (Antara Bali) - Kalangan petani di Desa Kalianget, Kabupaten Buleleng, Bali mengeluhkan sulitnya pemasaran hasil panen tanaman anggur, dan terbatas hanya untuk memenuhi pasaran lokal.
"Kami membudidayakan jenis anggur lokal Banjar, namun terkendala pemasaran keluar daerah," kata Nengah Supadma warga Desa Kalianget, Sabtu.
Dikatakan, selama ini hanya menjual hasil panen anggur kepada para pengepul yang selanjutnya menjual ke beberapa wilayah di Bali dan daerah lainnya.
Supadma menjelaskan, pertumbuhan buah anggur menjadi lebih banyak pada lahal luas sehingga hasil panen menumpuk. "Proses penanaman hingga panen berjarak tiga bulan dimana tahun ini pembibitan dimulai sejak Juli dan mulai proses panen Oktober ini," paparnya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, untuk menjaga tanaman anggur tumbuh sehat, perlu diberikan pupuk kimia dan pupuk kandang, "Yang sering dipakai pupuk kandang untuk meningkatkan daya tumbuh tanaman," kata dia.
Harga anggur di pasaran mencapai Rp7000 hingga Rp7500 per kilogram. "Harga rata rata segitu, jika masuk pasar modern harganya lebih mahal," kata dia.
Kedepan, pihaknya berharap pemerintah membantu menyediakan mobil pendingin sehingga para petani dapat menjual langsung ke konsumen di beberapa wilayah di Bali.
"Saya kira itu salah satu solusi yang bisa diambil karena selama ini karena tidak ada mobil jenis itu. Jika dibawa dengan angkutan biasa beberapa hari saja anggur sudah membusuk," kata dia. (WDY)