Denpasar (Antara Bali) - Neka Art Museum di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, kembali menerbitkan buku tentang keris pusaka yang diberi judul "Kris Bali Bersejarah", direncanakan diluncurkan Minggu (12/12).
Buku setebal 321 halaman ukuran 32 kali 22 sentimeter itu akan diluncurkan oleh Sekretaris Jenderal Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia, KPA Wiwoho Basuki Tjokrohadiningrat, MSc, kata pendiri sekaligus pengelola museum tersebut Pande Wayan Suteja Neka di Ubud, Minggu.
Ia mengatakan, buku tersebut dicetak di Jakarta menggunakan kertas bermutu dengan rancangan khusus yang diharapkan menarik minat semua orang untuk membacanya.
Buku hasil karyanya sendiri bersama Basuki Teguh Yuwono, seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo itu, pada tahap pertama dicetak 1.000 eksemplar.
"Dosen bersangkutan menekuni bidang disiplin ilmu tentang perkerisan itu dan lebih dari 13 tahun mengadakan pengkajian dan penelitian tentang keris-keris di Nusantara," kata Pande Wayan Suteja Neka.
Menurut dia, buku yang diterbitkan kali ini mendukung ratusan koleksi keris yang dimilikinya, sekaligus lebih memantapkan keberadaan keris pusaka Indonesia yang telah mendapat pengakuan sebagai salah satu warisan budaya dunia.
Museum Neka, museum swasta pertama di Indonesia hingga kini memiliki koleksi 272 keris pusaka serta 312 lukisan dan patung.
Pande Wayan Neka menjelaskan, penerbitan buku tentang keris bersejarah itu mengungkap sejarah perkembangan keris pusaka Bali dan keris Nusantara yang kini menjadi koleksi museum Neka.
"Buku tersebut nantinya diharapkan mampu menyebarluaskan informasi tentang keris Nusantara, khususnya yang kini menjadi koleksi museum Neka," ujar Pande Wayan Suteja Neka.
Museum Neka hampir setiap tahun menerbitkan buku dan hingga kini telah diluncurkan 23 judul buku.
Buku yang telah diterbitkan antara lain berjudul "Kembali ke Kawitan, "Impian Jadi Kenyataan", dan "Neka art Museum in modern Balinese History-Art and The of time".
Selain itu, juga buku hasil kajian mengenai keberhasilan atraksi wisata di Bali. Buku setebal 72 halaman itu ditulis oleh Prof Dr Neil Leiper, guru besar "The School of Tourism and Hospitality Management Southern Cross University", Australia.
Buku yang ditulis peneliti dari Negeri Kanguru itu sangat bermanfaat bagi mereka yang tertarik mempelajari aspek-aspek seni Museum Neka dan museum lainnya di Bali dalam konteks wisata dan analisa atraksinya.
Penerbitan buku-buku tersebut merupakan salah satu bentuk kepedulian Museum Neka dalam mendukung usaha pelestarian seni budaya, khususnya seni lukis, demikian Pande Wayan Suteja Neka.(*/T007)