Gianyar, Bali (ANTARA) - Neka Art Museum (NAM) di Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, mendemokan pembuatan keris dan alat pertanian ke masyarakat untuk mempertahankan dan membangkitkan lagi industri rumahan dan profesi pandai besi.
"Prapen atau bengkel kerja untuk produksi alat pertanian dan keris di Neka Art Museum mendemokan pembuatan keris dan alat pertanian untuk memberikan wawasan yang mendalam pada masyarakat," kata penerus dan pengelola Neka Art Museum (NAM) Kardi Suteja, di Gianyar, Rabu
Ia ingin generasi muda Bali tertarik untuk meneruskan tradisi dan usaha rumahan pembuatan keris dan alat pertanian. Apalagi permintaan keris di Bali masih tinggi karena benda tajam itu masih digunakan sebagai pelengkap busana adat saat upacara.
"Keris menjadi pelengkap busana adat Bali bagi lelaki yang sudah menginjak remaja dan dewasa," ucapnya.
"Ayah saya, Suteja Neka pendiri Neka Art Museum adalah salah satu pandai besi di Ubud yang telah melestarikan keris Bali bersejarah dan keris Kamardikan. Sebagai penerus pengelola NAM, kami mendirikan bengkel kerja untuk produksi keris dan alat pertanian," katanya.
Seorang pandai besi Budi dari Prapen NAM menjelaskan ke puluhan pelajar dan turis asing bagaimana proses pembuatan keris dan alat pertanian, seperti sabit dan cangkul.
Budi menjelaskan keris dan alat pertanian dibuat dari campuran baja, nikel, dan besi, yang dibakar lantas ditempa dengan palu besar hingga menjadi keris dan alat pertanian.
Ia menjelaskan industri rumahan untuk produksi keris dan alat pertanian di Bali masih bisa bertahan. "Ada beberapa daerah, industri rumahan keris dan alat pertanian menurun, tapi di beberapa daerah masih mampu bertahan," katanya.
Menurut dia, setiap bulan ada saja yang minta dibuatkan sebuah keris.
Usaha pertanian di Bali umumnya sudah menggunakan traktor mesin yang tidak lagi menggunakan alat pertanian seperti cangkul. "Untuk potong padi masih menggunakan sabit," katanya.
NAM memiliki bengkel produksi dan pelatihan bagi warga dan wisatawan yang ingin bisa membuat keris.
Seorang warga Inggris, Ben, mengikuti pelatihan pembuatan keris di NAM bercerita minatnya ikut pelatihan. "Saya memanfaatkan libur kerja untuk belajar bagaimana membuat keris di Ubud dan belajar budaya masyarakat Bali," katanya.
Dalam keseharian para petani di Bali selalu membawa sabit. Sedangkan setiap upacara pria Bali perlu keris sebagai pelengkap busana adat. Tradisi dan budaya itulah yang menyebabkan industri rumahan pembuatan keris dan alat pertanian masih bertahan di Bali.