Denpasar (Antara Bali) - Pengamat keris Ketut Margi mengatakan jumlah pengrajin keris di Bali semakin langka karena generasi muda kurang tertarik menekuni jenis keterampilan yang membutuhkan ketekunan, kesungguhan, dan keseriusan.
"Jumlah pengrajin keris di Bali hanya menyisakan belasan orang," katanya yang pengrajin keris asal Desa Batu Sangian, Kabupaten Tabanan, Kamis.
Ia mengatakan sejumlah pengrajin keris yang diketahui antara lain dua orang pengrajin keris asal kota Denpasar, satu orang asal Kabupaten Klungkung, dan dua orang asal Tabanan dan beberapa orang lainnya dari sejumlah daerah.
Belasan pengrajin tersebut merupakan generasi yang masih tersisa dari ratusan pengrajin keris di Bali sejak zaman kerajaan hingga masa kemerdekaan.
"Kendala utamanya adalah tidak ada lagi generasi penerus dari beberapa pengrajin keris handal di Bali yang kebanyakan ditekuni oleh kelompok keturunan (klan) `Pande`." ujar Ketut Margi.
Pande Ketut Margi menambahkan, beberapa kalangan masyarakat termasuk dari golongan keluarga Pande keris enggan melanjutkan profesi keluarga akibat banyak yang memilih jenis profesi lain yang lebih mudah dan menguntungkan.
Ia mengatakan, pande yang dimaksud di sini pande dalam arti soroh dari seseorang yang dahulu leluhurnya mempunyai profesi sebagai 'memande'.
Dikatakan, "memande" artinya membuat alat dari logam berupa perunggu, gong, alat-alat keagamaan dan lain-lain, bahan besi (cangkul pisau tombak keris dan lain-lain), berupa emas perak (perhiasan, alat-alat keagamaan dan lain-lain).
"Pada zaman dahulu kaum pande digolongkan sebagai masyarakat tersendiri yang memiliki teknik dan kemampuan khusus sehinga banyak yang bergelar khusus dari kerajaan," imbuh Ketut Margi.
Selain itu, profesi "pemande" keris sedikit yang meminati karena sulitnya proses pengerjaan dan memerlukan keahlian khusus dan membutuhkan waktu belajar cukup lama.
"Menjadi pembuat keris tidak hanya membutuhkan keahlian, tetapi juga anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa (taksu)," kata dia. (WDY)