Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 30 orang komponen pariwisata di kawasan negara ASEAN mengunjungi Subak Pulagan, Hulu Tukad Pekerisan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali, yang merupakan satu kesatuan kawasan subak yang mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
"Mereka berkumpul di Bali untuk mendalami warisan budaya dunia (WBD) selama tiga hari, 28--30 Oktober 2015. Mereka juga menyempatkan diri melihat dari dekat aktivitas petani di Subak Pulagan," kata Ketua Pusat Penelitian Subak Universitas Udayana Prof. Dr. I Wayan Windia di Denpasar, Minggu.
Ia mengatakan bahwa pihaknya mendapat kesempatan untuk menerangkan sistem subak di Bali yang telah menjadi warisan budaya dunia.
"Pada kesempatan kunjungan lapangan, kami tidak mau mengajak rombongan komponen pariwisata ASEAN itu ke Subak Jatiluwih, Tabanan. Namun, mengajaknya ke Subak Pulagan di Tampaksiring, Gianyar," katanya.
Pengalihan objek kunjungan itu, menurut dia, kawasan Jatiluwih sebagai WBD sudah banyak dirusak oleh investor dan masyarakat setempat, di antaranya relatif banyak sawah di sana yang telah dibuldoser, atau kawasan sawah yang digunakan untuk tempat makan dengan harga yang relatif sangat mahal.
"Harga untuk sekali makan di tempat itu bisa mencapai Rp8 juta per orang. Sementara itu, petani hanya menjadi penonton belaka, padahal menjual aktivitas petani dan pemandangan alam sawah yang berundak-undak," ujarnya.
Ia mengimbau wisatawan tidak lagi perlu datang ke Subak Jatiluwih untuk melihat sawah yang menjadi WBD. "Kawasan Subak Pulagan di Tampaksiring yang menjadi satu kesatuan WBD itu masih sangat baik untuk dikunjungi," ujar Prof. Windia.
Wisatawan setelah mengunjungi Subak Pulagan, kata dia, langsung ke berbagai objek wisata di Tampaksiring dan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Windia menjelaskan bahwa kunjungan 30 orang komponen pariwisata di kawasan negara ASEAN di Bali sehubungan kerja sama ASEAN makin dikuatkan dalam berbagai bidang, khusus bidang pariwisata mengembangkan program mendidik sumber daya manusia (SDM) menggeluti sektor pariwisata berkaitan dengan warisan budaya dunia.
Hal itu dilakukan sehubungan makin banyaknya kawasan di Indonesia yang diakui UNESCO sebagai WBD, termasuk pengakuan dunia (UNESCO) terhadap sistem subak di Bali.
Oleh sebab itu, ASEAN menugasi pihak Indonesia untuk mendidik SDM di ASEAN dalam bidang warisan dunia. Sebagai penyelenggara pertemuan itu adalah Kementerian Pariwisata RI.
Sebanyak 30 orang komponen pariwisata ASEAN sebelum mengadakan kunjungan lapangan melakukan pertemuan di Kuta, Kabupaten Badung untuk membicarakan berbagai hal berkaitan dengan pariwisata.
Windia yang mendapat kepercayaan menutup pertemuan tersebut mengatakan bahwa budaya sangat penting bagi kehidupan manusia agar manusia bisa lebih beradab.
Oleh karena itu, dia berharap komponen pariwisata se-ASEAN dapat lebih memelihara dan menjaga keberlanjutan semua aspek kultural, di antaranya subak sebagai WBD di Pulau Dewata.
"Program pengembangan SDM pariwisata kultural diharapkan dapat lebih mempererat kerja sama ASEAN pada masa depan," kata Prof. Windia. (WDY)