Denpasar (Antara Bali) - Perolehan devisa dari anyaman yang diekspor dari Bali melorot drastis, namun pengusaha dan pengrajin tetap gencar menciptakan aneka barang dengan desain (rancangan) yang lebih inovatif, sehingga muncul produk jenis baru yang disenangi konsumen.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Bali, Made Suastika di Denpasar Senin mengakui bahwa, perolehan devisa dari anyaman melorot hingga 68 persen yakni hanya 974 ribu dolar AS Januari-Juni 2015, padahal perioda sama sebelumnya mencapai tiga juta dolar.
Kondisi itu tidak saja dialami anyaman, namun juga mata dagangan dari aneka kerajinan lainnya yang memasuki pasar ekspor dengan tujuan utama Amerika Serikat, sebab pertumbuhan ekonomi dari negeri adi daya tersebut tidak sesuai yang diharapkan tahun ini.
"Bagaimana pun komuditas anyaman berupa perabotan rumah tangga tetap diperlukan baik di dalam maupun ke luar negeri, maka pangsa pasar di mancanegara harus tetap dibina walau sekarang masih berfluktuasi," kata Ni Made Mariati, seorang pengusaha kerajinan di Denpasar.
Ia mengharapkan krisis ekonomi global cepat teratasi sehingga perdagangan komoditas nonmigas Bali cerah kembali ke luar negeri, sebab matadagangan dikapalkan selama ini memenuhi permintaan konsumen AS, Jepang, Eropa dan ke pasaran ekspor lainnya.
Realisasi ekspor aneka anyaman produksi pengrajin Bali tetap ada ke pasaran luar negeri, walaupun krisis ekonomi global yang melanda sejumlah negara konsumen belum pulih benar seperti negeri Amerika Serikat.
"Kami tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar lokal, antarpulau ke kota-kota besar di Jawa maupun ekspor," kata Kadek Sumawati, pedagang berbagai jenis kerajinan dan anyaman lainnya di Denpasar.
Khusus produk anyaman mengisi pasar ekspor mengalami kemerosotan beberapa bulan terakhir ini, walau pun ada pesanan dari mitra bisnis luar negeri, jumlahnya tidak banyak, tetapi pengrajin tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar lokal karena untuk sarana upacara adat.
Ia yang memiliki puluhan tenaga terampil di bidang anyam-menganyam bambu mengaku jumlah perajin yang memusatkan perhatian untuk membuat produk ekspor relatif sedikit, jika dibandingkan dengan pesanan lokal.
"Bagi rekan kami yang menjual produk ekspor, kini mengalami kemerosotan dengan semakin berkurang permintaan, akan tetapi bagi kami kondisinya masih tetap stabil, karena kegiatan ekonomi Bali tumbuh cukup baik," tutur Jadek Sumawati. (WDY)