Denpasar (ANTARA) - Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Bali, NTB, dan NTT mencatat devisa ekspor Bali pada Juni 2024 mencapai 4,1 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau melonjak dibandingkan periode sama 2023 mencapai 3,4 juta dolar AS.
“Itu merupakan realisasi semua ekspor termasuk dari UMKM dan didominasi produk perikanan,” kata Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Bali, NTB dan NTT Susila Brata, di sela diskusi meningkatkan kinerja ekspor pelaku UMKM, di Denpasar, Selasa.
Sedangkan devisa ekspor pada 2023 mencapai 4,8 juta dolar AS yang meningkat dibandingkan pada 2022 mencapai 3,4 juta dolar AS.
Peningkatan devisa ekspor itu, salah satunya didorong sejumlah fasilitas fiskal yang digelontorkan Kementerian Keuangan, di antaranya fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) kepada pelaku usaha termasuk skala industri kecil menengah (IKM).
KITE memberikan ruang kepada pelaku usaha dalam menekan biaya, karena bahan baku atau bahan penolong yang diimpor dan diolah kembali menjadi produk ekspor itu tidak dipungut bea masuk serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau PPN dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 149 tahun 2022.
Baca juga: Bea Cukai Ngurah Rai Bali pangkas prosedur ekspor
Ada pun di Bali, ujar dia, ada 17 pelaku usaha mendapatkan fasilitas itu di antaranya yang bergerak mengekspor kerajinan perak dan perhiasan, hingga pakaian jadi.
Sedangkan produk ekspor dari Bali didominasi produk perikanan termasuk ekspor ikan tangkap dan ikan hidup.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, nilai ekspor Januari-Mei 2024 mencapai 277 juta dolar AS atau naik hampir 17 persen dibandingkan pada 2022.
Ada pun per Mei 2024, komoditas perikanan mendominasi ekspor mencapai 13,7 juta dolar AS yang menguasai porsi sebesar 23,31 persen, disusul komoditas logam mulia dan perhiasan mencapai 11,4 juta dolar AS atau 19,39 persen.
Meski mencatatkan surplus kinerja ekspor, berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) secara nasional kontribusi UMKM terhadap ekspor masih belum optimal, karena baru mencapai 15,8 persen pada 2023.
Ada pun nilai ekspor Indonesia selama periode Januari-Desember 2023 mencapai 258,82 miliar dolar AS.
Baca juga: Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali miliki peluang jadi hub kargo daerah industri
“Artinya masih ada peluang besar untuk diisi lagi dari sektor UMKM untuk meningkatkan ekspornya,” ujarnya pula.
Untuk memperluas pasar penjualan baik ekspor dan dalam negeri, upaya sinergi dilakukan di antaranya pemberdayaan mencakup aspek pembiayaan bersama perbankan, fasilitas fiskal berupa kepabeanan dan pajak, pemasaran, hingga pelatihan kepada UMKM melibatkan sejumlah instansi di Kementerian Keuangan, swasta dan instansi pemerintah lainnya.