Denpasar (Antaranews Bali) - Bank Indonesia mendorong pelaku usaha di Bali melakukan ekspansi pasar ekspor, salah satunya menyasar Amerika Serikat karena mitra dagang utama itu diproyeksikan mengalami akselerasi pertumbuhan ekonomi.
"Berdasarkan proyeksi IMF, perekonomian AS diperkirakan tumbuh 2,9 persen secara tahunan," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana di Denpasar, Senin.
Menurut Causa, berdasarkan kajian ekonomi regional dan keuangan, negeri itu merupakan pasar ekspor beberapa komoditas utama dari Bali di antaranya perikanan, produk olahan kayu, dan makanan olahan (cokelat).
Rinciannya, negara itu menyerap komoditas dari Bali di antaranya ikan tuna, kepiting atau kerang, industri olahan kayu, tekstil, barang dari logam tidak mulia, makanan olahan dari cokelat, olahan buah dan sayur, mebel dan bahan dari plastik atau damar.
Selama triwulan kedua tahun ini, dalam kajian ekonomi regional dan keuangan disebutkan kinerja ekspor ke negeri Paman Sam itu tumbuh lebih baik yakni mencapai 15,23 persen, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya mencapai minus 1,53 persen.
Membaiknya ekspor ke AS, kata dia, menjadi "penolong" pada pertumbuhan triwulan kedua yang melambat meski ada peningkatan pertumbuhan 1,92 persen dibandingkan triwulan pertama tahun ini yang kontraksi minus 5,79 persen.
Negara-negara yang pertumbuhan ekspornya melambat di Bali di antaranya Australia tumbuh 4,6 persen pada triwulan kedua 2018 dari 10,23 persen pada triwulan pertama, ekspor ke China juga melambat dari 161,03 persen menjadi 4,96 persen.
Meski demikian, selain Amerika Serikat, negara potensial lain untuk pasar ekspor dari Bali di antaranya Australia, China, Jepang dan Prancis.
Beberapa waktu lalu pelaku usaha dari Bali mengekspor secara langsung ke China untuk komoditas buah manggis tanpa melalui negara transit.
Pelaku usaha Jro Putu Tesan selaku Direktur Utama Radja Manggis Sejati akan mengirim manggis selama periode September 2018 hingga April 2019 yang ditargetkan mencapai minimal 9.000 ton untuk empat importir di China.
Ia memperkirakan nilai dari total target ekspor manggis seberat 9.000 ton ke negeri dengan ikon panda ?itu mencapai Rp100 miliar.
Bali juga berpotensi memperluas pangsa pasar ekspor untuk komoditas ternak khususnya bibit ayam setelah PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk Regional Bali dan Nusa Tenggara, perusahaan ternak ayam ras yang beroperasi di Bali itu mengekspor 32 ribu ekor bibit ayam untuk pertama kalinya ke Timor Leste senilai 17.920 dolar AS.
Pengiriman akan dilakukan dalam satu periode kontrak yakni September 2018 dan dilanjutkan Februari dan Juni 2019.
Total jumlan ekspor bibit ayam yang berusia di bawah 10 hari tersebut hingga tahun mendatang, lanjut dia, mencapai sekitar 110 ribu ekor dengan nilai per ekor mencapai 0,56 dolar AS.
Selain itu, baru-baru ini petani kakao fermentasi dari Jembrana, Bali, juga berhasil menembus pasar ekspor ke Prancis.
Dengan makin banyaknya ekspor yang dilakukan pelaku usaha di Bali, CIK mengharapkan dapat menambah devisa negara khususnya saat ini untuk mendongkrak nilai tukar mata uang rupiah. (WDY).