Denpasar (Antaranews Bali) - Ekspor aneka jenis perhiasan (permata) di Bali selama bulan Maret 2018 yang meningkat 4,32 juta dolar AS atau 85,55 persen dibanding bulan sebelumnya (Februari 2018) tercatat 5,05 juta dolar AS.
"Perolehan devisa Bali dari perhiasan itu mencapai 9,37 juta dolar AS, atau meningkat juga dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya yakni mencapai 1,25 juta dolar AS atau 15,42 persen, karena Maret 2017 hanya menghasilkan 8,12 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Adi Nugroho, di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, aneka jenis perhiasan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali itu mampu memberikan kontribusi sebesar 15,88 persen dari total nilai ekspor Bali sebesar 59,04 juta dolar AS selama bulan Maret 2018. Nilai total ekspor Bali tersebut meningkat 13,78 juta dolar AS atau 30,45 persen dibanding bulan sebelumnya tercatat 45,26 juta dolar AS.
Namun dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya meningkat 7,11 juta dolar AS atau 13,71 persen, mengingat pada Maret 2017 total ekspor Bali hanya 51,92 juta dolar AS.
Adi Nugroho menjelaskan, Bali mengekspor aneka jenis perhiasan hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin umumnya dari Desa Celuk, Kabupaten Gianyar, antara lain berupa cincin, kalung, aneka jenis cenderamata menyerupai bunga-bungaan dari bahan baku emas untuk perhiasan kepala bagi wanita serta sumpel perhiasan telinga bagi wanita.
Pasaran Australia menyerap paling banyak ekspor perhiasan (permata) dari Bali, yakni mencapai 27,99 persen dari total pengapalan hasil perhiasan Bali, menyusul Singapura 21,66 persen, Amerika Serikat 17,31 persen, dan Hong Kong 15,11 persen.
Selain itu, juga diserap pasaran Jerman 3,54 persen, Jerman 2,87 persen, China 1,39 persen, Jepang 0,91 persen, Prancis 1,06 persen, Spanyol 0,88 persen, dan sisanya 22,26 persen ke berbagai negara lainnya di belahan dunia, ujar Adi Nugroho.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Gianyar, Bali Wayan Suamba dalam kesempatan terpisah menjelaskan, pihaknya bertekad membangkitkan usaha kerajinan perak di sentra pengembangan Desa Celuk, dengan memberikan bimbingan teknis (bimtek) peningkatan daya saing ekspor produk perhiasan perak.
Bimtek digelar secara berkesinambungan dengan mempertemukan unsur pemerintah, swasta, dan komunitas perajin untuk membangkitkan kerajinan perak Desa Celuk dari keterpurukan.
Upaya itu penting dilakukan, karena kerajinan perak merupakan salah satu komoditas andalan Bali.
Berbagai upaya dan terobosan telah dilakukan, karena belakangan ini kerajinan perak di Desa Celuk kalah bersaing di pasaran dunia dengan produk serupa dari India maupun Thailand.
Selama ini Pemerintah Kabupaten Gianyar bersama Pemerintah Provinsi Bali serta Bea Cukai telah melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan kerajinan perak di Desa Celuk, ujar Suamba.(WDY)
Ekspor perhiasan dari Bali naik 85,55 persen
Jumat, 18 Mei 2018 6:51 WIB