Taipei (Antara Bali) - Sejumlah nelayan asal Indonesia masih bertahan di kapal pencari ikan milik warga negara Taiwan di tengah topan Soudelor yang melanda wilayah tersebut hingga Sabtu sore.
"Kami rasa di dalam kapal lebih aman," kata Basuki, nelayan asal Serang, Banten, saat dihubungi wartawan Antara dari Taipei.
Menurut dia, di dalam kapal telah tersedia logistik sehingga dia dan beberapa temannya tidak perlu meninggalkan kapal untuk mencari makan.
Tewasnya Agung Wibowo, nelayan asal Tegal, Jawa Tengah, akibat tertimpa papan reklame saat topan melanda Pelabuhan Suao, Kabupaten Yilan, Jumat (7/8) malam, membuat para nelayan asal Indonesia berhati-hati.
Diduga korban yang mulai bekerja di kapal Taiwan pada 2013 itu kelaparan sehingga mengabaikan peringatan otoritas setempat untuk membeli makan malam.
Basuki menganggap dengan tinggal di kapal sebagai tempatnya bekerja jauh lebih aman daripada harus keluar. "Kebetulan tempat sandar kapal kami tidak di pantai yang menghadap ke laut lepas," ujarnya.
Tentunya puluhan kapal pencari ikan yang ditempati para nelayan di wilayah timur Taiwan itu diikat sedemikan erat agar tidak terbawa gelombang laut.
"Paling goyang-goyang sedikit saja," tutur Basuki mengenai kapal sekaligus rumah tinggalnya selama di Taiwan yang bersandar tidak jauh dari Pelabuhan Pendaratan Ikan Nanfang`ao.
Hal yang sama juga dilakukan oleh sejumlah nelayan asal Indonesia di Pelabuhan Donggang, Kabupaten Pingtung. "Kami tidak boleh meninggalkan kapal," kata Dian Sidik Ramadani, nelayan asal Brebes, Jateng.
Di pelabuhan perikanan yang berada di wilayah selatan Taiwan itu juga terdapat puluhan kapal pencari ikan bersandar. "Majikan telah menyediakan kebutuhan sehari-hari sehingga kami tidak perlu keluar cari makan," ujar pria yang sudah hampir lima tahun bekerja di kapal ikan Taiwan itu.
Sementara itu, beberapa distrik di Kota Taipei tergenang banjir, listrik padam, pohon-pohon dan sejumlah papan reklame bertumbangan.
Transportasi umum, khususnya MRT Line Wenhu (Taipei Zoo-Nangang Exhibition Center), MRT jalur Yuanshan-Tamsui, dan MRT jalur Xinbeitou-Xiaobitan, berhenti beroperasi. Jalur ketiga MRT tersebut di atas jalan raya sehingga rawan terkena empasan topan.
Penutupan itu diperkirakan masih akan berlangsung hinggga pukul 18.00 waktu setempat karena dikhawatirkan topan Soudelor bisa menerjang jalur kereta di atas jalan raya, termasuk pula kereta api super cepat di jalur Taipei-Kaohsiung. MRT jalur bawah tanah tetap beroperasi, meskipun penumpangnya tidak seramai hari-hari biasa.
Proyek bangunan di Distrik Beitou, Kota New Taipei, juga hancur akibat badai yang melanda Taiwan sejak Jumat (7/8) pagi.
Demikian pula jalur menuju objek wisata pemandian air panas di Wulai terputus. Hal itu menyebabkan korban hanyut di sungai Wulai tidak bisa dievakuasi ke rumah sakit.
Di Distrik Fuxing, Kota Taoyuan, juga terjadi longsor yang mengakibatkan 15 rumah warga setempat nyaris rata dengan tanah. Namun belum ada laporan mengenai jatuhnya korban jiwa.
Hingga informasi ini dilaporkan, topan Soudelor yang berkecepatan rata-rata 250 kilometer per jam itu masih melanda sebagian besar wilayah Taiwan.
Hujan juga masih mengguyur wilayah tersebut, namun intensitasnya tidak setinggi Jumat (7/8) malam hingga Sabtu siang. (WDY)
Nelayan Indonesia Masih Bertahan Di Kapal Taiwan
Sabtu, 8 Agustus 2015 22:09 WIB