Denpasar (Antara Bali) - Grup musik asal Perancis, Gran Kino akan berkolaborasi dengan musisi Indonesia, Sarasvati dalam pagelaran mengusung tema "Bujangga Manik" di Bentara Budaya Bali (BBB), Ketewel Kabupaten Gianyar Kamis (4/6).
"Pagelaran tersebut merupakan rangkaian dari Festival Seni Budaya Perancis, Printemps Franais 2015," kata Penanggungjawab Misi Budaya dan Komunikasi Alliance Franaise Bali, Winnalia Lim di Denpasar, Selasa.
Ia mengatakan, pentas musik tersebut dipersembahkan oleh Fran-aise Bali bekerja sama dengan Institut Franais Indonesia (IFI), Kedutaan Besar Perancis bersama Bentara Budaya Bali, serta didukung Antida Sound Garden.
"Institut Francais Indonesia dan Alliance Fran-aise Bali sangat mendukung program pertukaran budaya antara Indonesia dan Perancis, sehingga dalam kegiatan yang kami selenggarakan selalu berupaya menggabungkan musisi dan artis dari dua latar belakang tersebut," ujar Winnalia Lim.
Kolaborasi Gran Kino dan Sarasvati bermula pada Printemps Francais 2013, sebuah Festival Seni Budaya Perancis yang secara rutin digelar setiap tahun.
Printemps Francais 2015 digelar di sebelas kota di Indonesia, selain Bali juga di Bandung, Jakarta, Malang, Medan, Padang, Pontianak, Semarang, Solo, Surabaya dan Yogyakarta, selama sebulan lebih sejak 15 Mei hingga 16 Juni 2015.
Gran Kino dan Sarasvati dalam penampilannya akan menghadirkan harmonisasi sastra dan musik dengan mengeksplorasi sebuah naskah kuno Sunda yang berusia 600 tahun bertajuk "Bujangga Manik".
Naskah "Bujangga Manik" memuat kisah perjalanan seorang tokoh bernama Bujangga Manik yang mengelilingi Tanah Jawa dan Bali.
"Selain bermakna untuk mempererat persahabatan antar kedua negera, Indonesia dan Perancis, kolaborasi dalam `Bujangga Manik` juga merupakan sebentuk upaya merespon kembali warisan susastra Indonesia dan memperkenalkannya ke negara lain," ujarnya.
Melalui ragam kolaborasi serupa diharapkan mampu memperkaya kemungkinan kreasi yang lintas bidang.
Naskah Bujangga Manik menggambarkan geografi dan topografi Pulau Jawa. Lebih dari 450 nama tempat, gunung, dan sungai disebutkan di dalamnya. Sebagian besar dari nama- nama tempat tersebut masih digunakan atau dikenali sampai sekarang.
Bujangga Manik ditulis pada daun nipah, dalam puisi naratif berupa lirik yang terdiri dari delapan suku kata. Saat ini karya tersebut disimpan di Perpustakaan Bodley di Universitas Oxford sejak tahun 1627.
Selain di Bali, Bujangga Manik juga dipentaskan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta, Yogja National Museum dan Atrium Surabaya Town Square. (WDY)