Denpasar (Antara Bali) - Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Prof. Dr. H. Soetarno DEA menilai, kehidupan dan perkembangan kesenian di Indonesia akan tetap eksis, meskipun di tengah gempuran pengaruh budaya luar dalam era globalisasi.
"Tidak perlu ada rasa khawatir akan turunnya atau hilangnya nilai-nilai kesenian, justru sebaliknya nilai-nilai seni tradisi akan hidup dan terus berkembang," kata Dr H Soetarno DEA ketika tampil sebagai pembicara pada Seminar Seni Nasional yang digelar Program Pancasarjana (S-2) ISI Denpasar, Selasa.
Salah satu dari empat pembicara dalam seminar yang berlangsung selama dua hari itu, ia mengatakan, di Pulau Jawa sempat terjadi kekhawatiran akan turunnya mutu kesenian, khususnya seni tradisi namun hingga sekarang hal itu tidak terbukti.
Hal itu berkat tumbuh suburnya kesenian tradisi hingga ke pelosok-pelosok pedesaan hampir di sebagian besar daerah di Indonesia, apalagi di Pulau Dewata.
Kehadiran perguruan tinggi seni di Indonesia, termasuk ISI Yogyakarta, Surakarta dan ISI Denpasar mampu memberikan andil yang sangat besar bagi perkembangan kesenian tradisi maupun modern (kontemporer).
Prof Soetarno menambahkan, penelitian dan pengkajian mengenai seni dan kesenian di Indonesia banyak dilakukan oleh warga negara asing, sehingga pandangannya tidak sesuai dengan warga negara Indonesia.
Dengan demikian banyak hasil penelitian dan pengkajian yang dilakukan oleh peneliti warga negara asing tidak sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Oleh sebab itu mahasiswa maupun dosen lembaga pendidikan tinggi seni di Indonesia mampu melakukan penelitian dan pengkajian dengan baik, sehingga hasilnya sesuai dengan pandangan dan kenyataan yang ada di lapangan.
Hal itu sangat penting karena perguruan tinggi seni di Indonesia akan menyadi penyangga perkembangan seni nusantara di masa mendatang, sekaligus mampu memberikan penguatan bagi identitas bangsa dan negara Indonesia.
Tiga pembicara lainnya dalam seminar yang mengusung tema "Lokalitas dalam seni global" adalah Prof. Dr. Setiawan Saban MFA Guru Besar ITB Bandung, Dr. I Gede Nugi Raharja., M.Sn (ISI Denpasar) dan Savitri Putri Ramadina S.Sn., M.Sn (Universitas Wiyatama Bandung). (WDY)