Denpasar (Antara Bali) - Bali meraup devisa sebesar 402.041,86 dolar AS dari ekspor kerajinan keramik selama triwulan I-2014, meningkat 75,83 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 238.656,53 dolar AS.
"Untuk volume meningkat 75,74 persen dari 77.936 unit pada triwulan I-2013 menjadi 135.408 unit pada triwulan I-2014," kata Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, peningkatan yang cukup signifikan dari segi volume dan perolehan nilai berkat hasil kerajinan dengan sentuhan seni itu semakin diminati masyarakat internasional.
Meskipun demikian namun andilnya masih relatif kecil hanya 0,30 persen dari total ekspor Bali yang mencapai 132,962 juta dolar AS selama triwulan I-2014, meningkat 8,35 persen dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 122,71 juta dolar AS.
Ketut Teneng menjelaskan, pasaran Singapura menyerap 61,92 persen dari total kerajinan keramik tersebut, menyusul pasaran Amerika Serikat sebesar 10,81 persen, Jepang 1,82 persen. Australia 4,22 persen, Inggris 1,95 persen dan Hong Kong 0,48 persen.
Selain itu juga menjangkau pasaran Italia 1,09 persen, Spanyol 3,10 persen, Prancis 0,88 persen, dan 13,10 persen sisanya diserap oleh berbagai negara di belahan dunia.
Ketut Teneng menambahkan, keramik hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali merupakan salah satu dari 17 jenis hasil industri skala rumah tangga yang menembus pasaran luar negeri.
Perajin dan seniman Bali menjadikan bahan baku keramik dalam berbagai jenis desain dikombinasikan dengan unsur seni sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen luar negeri.
Kerajinan kramik Bali kombinasi unsur seni itu pernah mengalami kejayaan tahun 1980-an berkat teknologi yang ditemukan oleh Anak Agung Ngurah Oka yang saat itu sebagai dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Universitas Udayana.
Dosen yang merangkap sebagai perajin keramik kelahiran Desa Kapal, Kabupaten Badung itu memiliki segudang pengalaman dari menekuni seni olah tanah liat dan industri keramik dengan peralatan yang sangat sederhana.
Hasil studi pembuatan tungku (oven) sekaligus belajar keramik ke West Australia Institute of Technology di Perth, Australia tahun 1972, mendalami kerajinan keramik ke Bendigo Pottre and Burwood Collage di Victorio.
Dari hasil studinya ke luar negeri itu mampu menghasilkan cindera mata keramik dengan corak yang khas, unik dan menarik, berkat kemampuannya memadukan bentuk-bentuk keramik Bali dengan keramik negara lain. (WDY)