Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah pertanian, Dr. Gede Sedana menilai, pembangunan bidang pertanian selama ini belum menekankan pada pendekatan dari bawah, sehingga partisipasi masyarakat (petani) belum tumbuh seperti yang diharapkan.
"Hal itu sebagai salah satu akibat masih lemahnya peran kelembagaan, seperti penyuluhan, pemasaran dan perkreditan," kata Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendera Denpasar di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan, semua itu hingga kini belum dapat mewujudkan suasana kondusif dalam mendukung pengembangan agroindustri pedesaan.
Kelemahan kelembagaan itu pada sisi lain juga mengakibatkan sistem pertanian belum terlaksana secara efisien, dan keuntungan yang diterima petani relatif rendah.
Gede Sedana menambahkan, kondisi demikian itu sebagai akibat lembaga lokal petani di perdesaan belum berdaya secara maksimal, sehingga petani secara individual melakukan transaksi untuk penyediaan sarana produksi dan pascapanen.
Kondisi selanjutnya mengakibatkan masih rendahnya tingkat pendapatan petani, termasuk petani anggota subak, organisi pengairan tradional bidang pertanian di Bali.
Gede Sedana mengingatkan, tantangan ke depan untuk mampu mewujudkan kelembagaan subak dengan kearifan lokal menjadi organisasi bersifat sosio-agraris-religius yang mampu beradaptasi dengan tuntutan ekonomis anggotanya.
Oleh sebab itu pemberdayaan petani dan kelembagaannya harus dilakukan seiring dengan program pemerintah bidang pertanian yang lebih diintensifkan.
Orientasi ekonomis menjadi penekanan, terutama dalam menghadapi era kesejagatan sehingga para petani anggota subak mampu meningkatkan pendapatan sekaligus mengantsipasi terjadinya penyusutan lahan sawah yang tidak terkendali, ujar Gede Sedana. (WDY)