Ambon (Antara Bali) - Tim peneliti dari Balai Arkeologi Ambon akan menelusuri jejak sejarah jalur perdagangan gelap cengkeh yang terjadi pada abad ke-16 di daerah Kambelu, Kabupaten Seram Bagian Barat.
"Kambelu merupakan salah satu pusat perdagangan cengkeh di Maluku. Penelitian ke sana rencananya akan kami lakukan sekitar Mei - Juni nanti," kata Arkeolog Syahruddin Mansyur di Ambon, Senin.
Ia mengatakan catatan sejarah menyebutkan, pada masa lampau Kambelu yang saat ini secara administratif terletak di Kecamatan Huamual Belakang, Kabupaten Seram Bagian Barat, menjadi jalur perdagangan cengkeh Kerajaan Huamual jauh sebelum ekspansi Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) ke Maluku.
"Sebelum era kolonial, daerah itu sudah menjadi pelabuhan dan pusat perdagangan cengkeh antara Kerajaan Huamual dengan berbagai pedagang dari luar Maluku yang datang melalui Makassar," katanya.
Syahruddin mengatakan awalnya Kerajaan Huamual berada di bawah wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate, akibat kepentingan ekonomi terjadi perbedaan pandangan politik yang memengaruhi hubungan kedua kerajaan tersebut.
Sejak hubungan dengan Ternate memburuk, Huamual kemudian memutuskan untuk membudidayakan tanaman cengkeh dan mulai mengembangkan sendiri jalur perdagangannya di Kambelu pada abad ke-16.
"Perdagangan cengkeh awalnya dari utara Maluku, yakni Ternate, tapi Huamual juga punya jalur sendiri yang tidak diketahui oleh VOC pada awal kedatangannya ke Indonesia, sehingga mereka menyebut Kambelu sebagai daerah transaksi gelap," ucapnya.
Dikatakannya, karena kepentingan monopoli perdagangan rempah-rempah, ketika tiba di Maluku jalur perdagangan cengkeh di Huamual ditutup oleh Pemerintah Hindia Belanda.
"Setelah tiba di Maluku, tidak hanya Kambelu yang ditutup tapi secara umum seluruh wilayah Huamual ditutup oleh pemerintah kolonial," katanya.
Syahruddin menambahkan sebagai daerah pusat perdagangan cengkeh pada masa lampau, Kambelu masih memiliki jejak-jejak peninggalan berupa gudang penyimpanan cengkeh dari berbagai pedagang Eropa, salah satunya dari Denmark.
"Selain Belanda, ada bekas struktur gudang pedagang Eropa lainnya, termasuk dari Denmark. Penelitian kami ini untuk menelusuri jejak sejarah seperti apa yang masih mungkin kami amati di sana," ujarnya. (WDY)