Sentani (ANTARA) - Peneliti Arkeologi Hari Suroto menemukan tinggalan megalitik berupa papan batu dan menhir di puncak Bukit Yamokho, Kampung Dondai, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua
Kepada ANTARA di Jayapura, Jumat, Hari mengemukakan papan batu itu berorientasi utara-selatan, memiliki panjang 110 senti meter, lebar 58 senti meter dan tebal 10 senti meter. Papan batu ini berjenis batuan beku peridotit, jenis batuan ini tidak terdapat di Bukit Yomokho, batuan ini banyak didapatkan di Pegunungan Cyclops yang terletak 11, 6 kilometer di sebelah utara Dondai.
"Jadi dapat dipastikan batu ini dibawa sejauh 11, 6 kilometer dari Pegunungan Cyclops, diangkut menggunakan perahu menyusuri sungai dan danau, selanjutnya digotong beramai-ramai menuju puncak bukit," kata Hari Suroto.
Selain itu, lanjut Hari, pada lereng Bukit Yomokho sebelah tenggara juga ditemukan sebuah menhir. Menhir ini merupakan sebuah monolit yang tidak dikerjakan dengan dimensi panjang 100 senti meter, lebar 80 senti meter dan tebal 20 senti meter. Menhir ini didirikan tegak di permukaan tanah. Menhir ini berjenis batuan beku peridotit.
Baca juga: Arkeolog temukan lukisan figuratif tertua di dunia di Kaltim
Hari mengatakan, tak jauh dari menhir, juga terdapat susunan jalan batu, memanjang dari kaki bukit hingga lereng bukit, jalan batu ini pada masa prasejarah berfungsi sebagai jalan untuk memudahkan dalam mendaki bukit. Lebar jalan batu ini 3,1 meter.
"Menhir dan papan batu pada masa prasejarah berfungsi sebagai media pemujaan pada roh nenek moyang," ujar Hari.
Ia menjelaskan, bukit Yomokho memanjang berbentuk huruf U. Eksplorasi Balai Arkeologi Papua di seluruh bagian bukit, menemukan artefak, ekofak lebih banyak di bukit sebelah timur, sedangkan bukit sebelah selatan dan barat temuan lebih sedikit.
"Hal ini menunjukkan bahwa, hunian manusia prasejarah waktu itu lebih banyak di sebelah timur bukit. Berdasarkan temuan hasil survei permukaan tanah maupun ekskavasi, diketahui kronologi hunian Situs Yomokho yaitu neolitik hingga megalitik," tambah dia.
Sementara itu, Tokoh Adat Kampung Dondai Daud Wally, mengaku orang tua atau nenek moyang Kampung Dondai pada masa lampu menggunakan papan batu megalitik itu untuk menumbuk kulit kayu jadi pakaian.