Singaraja (Antara Bali) - Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) mengandalkan Indonesia sebagai negara yang mampu menurunkan emisi karbon.
"Indonesia menjadi yang terdepan dalam menjaga keanekaragaman hayati dan menentukan standar pelestariannya. Kami sangat yakin kerja sama antara pemerintah AS dengan Kementerian Kehutanan RI sangat membantu mengatasi tantangan perubahan iklim global," kata Direktur USAID Andrew Sisson di sela-sela peluncuran program Standar Hutan Hujan di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), Kabupaten Buleleng, Kamis.
Program tersebut dilaksanakan bersama oleh Pusat Riset Perubahan Iklim (RCCC) Universitas Indonesia, Pusat Lingkungan dan Ekonomi Masyarakat (CEES) Colombia University, dan Sustainable Management Group.
"Untuk menyukseskan program tersebut kami beri bantuan dana dua juta dolar AS dalam kurun waktu dua sampai tiga tahun mendatang," kata Andrew.
Acara yang digelar di 70 kilometer sebelah barat Singaraja, Ibu Kota Kabupaten Buleleng itu dihadiri Duta Besar Korea Selatan Kim Young Sun, perwakilan Kedutaan Desar Swedia, dan Dirjen Perlindungan Hutan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan Sony Partomo.
"Program menawarkan cara baru untuk menghasilkan pendapatan yang dapat digunakan untuk pengelolaan kawasan konservasi dalam skala besar dan dalam pelaksanaannya melibatkan sektor swasta secara maksimal," kata Sony.
Menurut Dirjen, TNBB menjadi model dalam pelaksanaan program tersebut mewakili puluhan taman nasional lainnya di Indonesia.
Kepala Balai TNBB Tedi Sutedi optimistis program tersebut mampu mengelola taman nasional yang efektif dan kolaboratif dalam menopang optimalnya fungsi kawasan secara ekologis, sosial, budaya, dan ekonomi.
Ia memaparkan bahwa di kawasan TNBB sampai saat ini terdapat 32 ekor burung jalak bali yang berada di habitatnya dan tersebar pada tiga lokasi, yaitu 14 ekor di Lampu Merah Prapat Agung, delapan ekor di Brumbun, dan 10 ekor di Tanjung Gelap.
"Sementara di Unit Pengelolaan Khusus Jalak Bali TNBB terdapat 106 ekor ditambah 15 penangkaran milik masyarakat di Desa Sumberkelampok (Kabupaten Buleleng)," kata Tedi menambahkan.
Pihaknya juga melakukan pola kemitraan dengan Pemerintah Kota Yokohama, Jepang, dalam hal memberikan bantuan teknis penangkaran satwa langka itu. (WRA)