Oleh I Ketut Sutika
Berawal dari mendatangkan dua pasang (empat ekor) burung jalak Bali "Si jambul indah" bersuara merdu hasil pengembangbiakan dari Inggris memilai merintis pengembangan proyek penangkaran dan pelestarian "leocopsar rothschildi" di Nusa Penida, sebuah Pulau yang terpisah dengan daratan Bali.
Yayasan Begawan mengadopsi pendekatan profesional untuk proyek penangkaran dan pelestarian Jalak Bali selama enam tahun sejak tahun 1999 hingga 2005 berhasil melahirkan 97 ekor burung.
Burung maskot Bali yang telah terdaftar sebagai spesies burung terancam punah oleh Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Langka (CITES) sejak tahun 1970 berhasil dikembangbiakkan lewat penangkaran secara intensif, tutur Carolyn Kenwrick dari Yayasan Begawan.
Yayasan yang didirikan oleh Bradley dan Debbie Gardner tahun 1999 dengan misi untuk memberikan kembali burung jalak bali kepada masyarakat lokal di Pulau Dewata melalui konservasi alam, pendidikan dan kebutuhan kesehatan.
Dari 97 ekor burung hasil penangkaran, 65 ekor di antaranya dilepaskan ke alam bebas selama dua tahun antara 2006 dan 2007 di Nusa Penida. Burung-burung itu dalam perkembangannya dipantau secara rutin dan sekarang berkembang hingga menyebar ke Pulau Nusa Lembongan, pulau sekitarnya yang secara administratif masuk wilayah Kabupaten Klungkung.
Sebagai organisasi non-profit, Yayasan Begawan dalam melakukan aksi sosialnya itu mendapat dukungan dana dari pendirinya dan tergantung pada donasi untuk menunjang berbagai pekerjaannya.
Wildlife Reserves Singapore (WRS) adalah donatur yang secara terus menerus mendukung Yayasan Begawan yang berpusat Banjar Pengaji, Desa Melinggih Kelod
Kecamatan Payangan, Gianyar.
Pendanaan kini sedang diusahakan untuk mengembangkan program-program dalam meningkatkan populasi burung jalak Bali yang melibatkan peranserta masyarakat lokal maupun sekolah-sekolah.
Program konservasi dan pelestarian lingkungan di Kecamatan Nusa Penida yang dalam beberapa tahun belakangan ini berkembang sebagai kawasan wisata dilakukan bersamaan dengan mengembangkan serta memelihara situs penangkaran di SibangKaja, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung.
Ritual pemberkatan
Pihak Yayasan bersama masyarakat setempat telah menggelar ritual pemberkatan untuk sebuah Pohon Gemah yang besar yang selama ini menjadi "rumah" bagi sepasang burung Jalak Bali dan keturunannya selama lebih dari lima tahun terakhir.
Kegiatan ritual yang melibatkan masyarakat setempat itu dilakukan pada hari baik, Minggu, 17 Maret 2013 di Banjar Bajung, Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Pohon Gemah yang disucikan dan disakralkan lewat kegiatan ritual itu kondisinya memang sudah tinggi dan besar pada saat pemiliknya lahir lebih dari empat puluh tahun silam.
Pohon tempat tinggal burung jalak Bali itu mencapai ketinggian lebih dari 20 meter. Sejumlah burung Jalak Bali telah lahir di pohon itu dalam beberapa tahun terakhir.
Penduduk setempat sudah melihat burung bertelur dan menetas serta terbang dari sarangnya.
Pemuka agama setempat sengaja memilih tanggal baik untuk ritual pemberkatan pohon Gemah, menyusul rangkaian kegiatan lainnya yang akan dilaksanakan dalam tahun 2013, tutur Carolyn Kenwrick yang secara rutin memantau perkembangan burung jalak Bali di alam bebas.
Kegiatan ritual yang melibatkan masyarakat setempat ditujukan untuk menjunjung kehidupan semua burung Jalak Bali yang telah menghuni pohon besar tersebut selama beberapa tahun terakhir.
Selain itu bertujuan untuk melindungi induk dan keturunan burung-burung Jalak Bali yang akan lahir di masa depan dari pemangsa, mengingat pernah ditemukan tali nilon warna biru tergantung di samping lubang sarang pada pohon tinggi tersebut.
Takjub
Selama ini habitat burung Jalak Bali adalah di kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB) yang wilayahnya meliputi Kabupaten Jembrana dan Buleleng.
Erwin Streseman dan sejumlah peneliti lingkungan mancanegara yang berkunjung sekitar tahun 1911, sempat dibuatnya takjub menyaksikan ribuan burung jalak putih yang berkembang di semenanjung Bali Barat tersebut.
Namun, ketakjuban bahkan kekaguman Erwin dan kawan-kawan itu, kini tinggal kenangan, mengingat satwa primadona kalangan pencinta lingkungan, populasinya berada di ambang kepunahan.
Populasi jalak Bali di alam bebas dihabitatnya Taman Nasional Bali Barat kini diperkirakan 39 ekor dan hasil penangkaran di kawasan TNBB sebanyak 145 ekor, Berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan kejayaan populasi jalak Bali seperti kondisi sebelum Kemerdekaan RI.
Bahkan Kementerian Kehutanan melalui Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSA) menginzingkan 25 lahan penangkaran untuk mengembangbiakkan burung jalak bali di sejumlah daerah di Indonesia, meskipun habitatnya hanya terdapat di Bali.
Kebijakan pemerintah untuk memberikan izin penangkaran terhadap jalak bali, sebagai upaya meningkatkan populasi burung yang kini teramcam punah. Hasil pengembangbiakan jalak bali di sejumlah penangkaran di Indonesia, selama ini diperkirakan sudah menghasilkan 1.000 ekor.
Populasi di luar habitatnya diharapkan terus bisa berkembang dan sebagian hasil pengembangbiakan itu dapat dilepas pada habitatnya, guna mempercepat peningkatan populasi maskot Bali.
Gubernur Mangku Pastika menyambut baik usaha penangkaran burung jalak bali yang dilakukan masyarakat, terutama sekitar Sumberkelampok, Buleleng barat sebagai wujud komitmen dalam melestarikan alam lingkungan menuju keharmonisan kehidupan sosial.
Burung jalak Bali merupakan salah satu satwa yang dilindungi sebagai salah satu warisan alam (plasma nutfah) Pulau Bali. Namun ironis, populasi Curik Bali semakin berkurang akibat kualitas habitatnya yang menurun, serta ulah manusia yang memburu satwa untuk diperjualbelikan secara ilegal.
Kondisi demikian tidak boleh dibiarkan terus berlanjut, namun harus diantisipasi melalui berbagai upaya penyelamatan, termasuk penangkaran agar jalak bali tidak punah.
"Dengan demikian `Si jambul indah yang bersuara merdu itu` tetap bisa disaksikan oleh anak cucu kita di masa-masa mendatang," kata Gubernur Pastika.
Jalak Bali sebagai maskot atau "jimatnya" Pulau Dewata, jika sampai langka apalagi musnah, sama dengan orang yang kehilangan "jimatnya" sehingga menjadi bingung dan kehilangan arah.
Oleh sebab itu perlu peran serta, dukungan dan keterlibatan seluruh komponen masyarakat dalam upaya penyelamatan, pelestarian dan pengembangan Curik Bali.
Namun yang paling penting menurut Gubernur Pastika, masyarakat di sekitar kawasan Taman Nasional Bali Barat harus diberdayakan untuk ikut aktif menjaga dan mengembangkan populasi Curik Bali serta mencegah adanya perburuan secara ilegal. (LHS)
Kepedulian Yayasan Begawan Kembalikan Kejayaan Jalak Bali
Minggu, 24 Maret 2013 16:34 WIB