Buleleng (ANTARA) - Kepala Balai Taman Nasional Bali Barat Agus Ngurah Krisna memastikan upaya konservasi terhadap burung Jalak Bali atau Curik berhasil dengan angka populasi saat ini meningkat menuju stabil.
"Burung Curik atau Jalak Bali yang 2006 sempat tidak ditemukan di alam dan sekitar 2007 hanya terdapat tujuh sampai 10 ekor sekarang sudah 452 ekor," kata dia di Buleleng, Provinsi Bali, Jumat.
Ia mengatakan angka ini melonjak sejak tahun 2017 sehingga pihaknya optimistis angka 500 ekor akan tercapai pada penghujung 2022, mengingat pemeriksaan dilakukan berkala dua tahun sekali.
"Harapan kami kalau sudah 452 ekor, pakar ahli burung bilang populasi yang aman itu 500 ekor. Ini sudah mendekati, artinya akan stabil meningkat atau menurun sedikit tergantung dari dukungan masyarakat," ujarnya saat ditemui di Plataran Menjangan, Taman Nasional Bali Barat.
Agus menjelaskan bahwa konservasi Jalak Bali ini sesungguhnya telah dilakukan sejak 1990 melalui Unit Suaka Satwa atau penangkaran, di mana burung khas Bali itu disiapkan untuk nantinya dilepaskan.
Baca juga: AQUA Mambal peringati Hari Bumi dengan budidaya Jalak Bali
"Sudah kami siapkan untuk wisata habituasi. Nah dikandang habituasi dua sampai tiga bulan kemudian kami lepaskan ke alam, setelah lepas ke alam kami lakukan monitoring (pemeriksaan) petugas taman nasional di masing-masing resor (wilayah kerja)," ujarnya.
Saat ini, hewan berstatus critical endanger atau bahaya kritis tersebut dibebaskan dalam hutan-hutan kawasan Taman Nasional Bali Barat, yang dibagi menjadi enam resor, dengan pantauan langsung dari polisi hutan.
"Satu resor seluas 3.000 hektare, terdapat enam resor yaitu Resor Gilimanuk, Pulau Menjangan, Berumbun, Labuan Lalang, Teluk Terima, dan Anggar Sari. Paling banyak (Jalak Bali, red.) di Resor Labuan Lalang dan Teluk Terima," kata dia.
Burung yang diharapkan statusnya turun tak lagi kritis ini, dikatakan dia, dapat hidup berpindah ke kawasan hutan lainnya, bahkan masuk ke pekarangan warga, sehingga masing-masing resor memiliki jumlah yang berbeda.
"Ini terkait jalur jelajah, tipikal habitat, di Resor Berumbun habitatnya savana, saat musim kemarau tidak ada sumber air dan daun gugur maka burung akan pindah ke areal hutan lain. Sedangkan Resor Labuan Lalang dan Teluk Terima adalah hutan evergreen sepanjang tahun hijau atau hutan hujan dataran rendah dan ada sumber air sungai," ujar Agus.
Baca juga: TNBB siap lepasliarkan Jalak Bali hasil penangkaran
Di luar resor kawasan hutan, ia mengatakan harapannya agar ke depan sebaran Jalak Bali semakin jauh dan meluas, sehingga dukungan dari masyarakat dinilai penting sebagai salah satu lokasi yang kerap dipilih Curik untuk menetap.