Akademisi Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja Bali, Ketut Trika Adi Ana menyoroti peran guru bimbingan konseling (BK) untuk pembentukan karakter pada jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD) dan jenjang pendidikan dasar (SD)
"Saat ini belum ada kebijakan menempatkan guru BK pada jenjang itu (PAUD dan SD). Padahal, pendidikan usia dini dan pendidikan dasar memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter, pengetahuan dasar, serta minat dan bakat anak-anak," kata Trika di Kota Singaraja, Minggu.
Pada tahap ini, katanya fondasi dasar pengetahuan (literasi dan numerasi) dan pembentukan karakter anak mulai dibangun.
Menurut dia, tahap usia dini dan dasar, juga menjadi momen krusial untuk mengidentifikasi dan mengembangkan minat serta bakat anak-anak, yang akan berpengaruh signifikan terhadap masa depan mereka.
Namun, seringkali aspek identifikasi minat dan bakat anak kurang mendapatkan perhatian yang memadai dalam proses pendidikan usia dini dan pendidikan dasar.
Baca juga: Peran Guru Konseling Sering Diabaikan
Baca juga: Peran Guru Konseling Sering Diabaikan
Padahal, menurut pandangan Trika, upaya identifikasi ini sangat penting untuk mendukung perkembangan anak secara optimal. Identifikasi minat dan bakat anak sejak dini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi perkembangan anak. Dengan mengenali minat dan bakat anak, pendidik dapat memberikan stimulasi yang sesuai untuk membantu mereka berkembang.
"Misalnya, seorang anak yang menunjukkan minat pada seni sejak dini dapat diarahkan untuk mengikuti kegiatan seni, sehingga bakat tersebut dapat diasah dan dikembangkan," imbuhnya.
Sebaliknya, tanpa adanya identifikasi minat dan bakat yang tepat, anak-anak mungkin tidak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan, sehingga potensi mereka menjadi terpendam," kata dia.
Trika menjelaskan, identifikasi minat dan bakat anak tidak hanya bermanfaat bagi perkembangan individual mereka, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.
Anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan baik dalam bidang yang mereka minati akan lebih berkontribusi positif terhadap masyarakat di masa depan.
Misalnya, anak yang berbakat dalam bidang matematika mungkin akan menjadi ilmuwan atau insinyur yang inovatif, sementara anak yang memiliki bakat dalam seni bisa menjadi seniman yang menginspirasi.
"Guru Bimbingan dan Konseling (BK) memiliki peran yang sangat penting dalam proses identifikasi minat dan bakat anak di pendidikan usia dini dan dasar. Selama ini, peran guru BK sering kali dipersepsikan sebatas menangani anak-anak yang memiliki masalah," papar dia.
Padahal, katanya guru BK juga memiliki peran strategis dalam mengidentifikasi minat dan bakat anak-anak, membantu anak-anak dengan kebutuhan khusus (seperti learning differences dan learning difficulties), serta mendampingi anak berbakat (gifted learners) agar mereka dapat mencapai potensi maksimal mereka.
"Namun, sayangnya untuk di Indonesia, guru BK tidak tersedia di TK dan SD. Untuk itu, guru BK sebaiknya sudah ada mulai dari tingkat TK dan SD," katanya.
Guru BK tersebut nantinya diharapkan memiliki kompetensi untuk mengidentifikasi jenis-jenis anak berkebutuhan khusus serta minat dan bakat anak di TK dan SD," kata dia.
Akademisi yang fokus pada pendidikan inklusi ini juga menilai bahwa identifikasi minat dan bakat anak yang dilakukan sejak dini akan membantu dalam menentukan jalur pendidikan selanjutnya. Banyak sekolah yang saat ini telah mengadopsi konsep sebagai pusat keunggulan.
Namun, saat ini sekolah pusat keunggulan tersebut masih terbatas pada sekolah menengah kejuruan (SMK). Sebaiknya, konsep yang sama diterapkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan dibuat lebih spesifik dan disesuaikan dengan minat dan bakat siswa.
Dengan demikian, siswa yang lulus dari SD dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah yang merupakan pusat unggulan di bidang yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Sebagai contoh, sekolah dapat menawarkan program unggulan di bidang olahraga, seni, sastra, matematika, atau bahasa asing.
Bahkan, untuk bidang olahraga, sekolah bisa menawarkan program yang lebih spesifik lagi, seperti pusat unggulan untuk sepak bola, bulu tangkis, atau atletik.
"Dengan adanya pusat keunggulan yang spesifik, siswa dapat diarahkan untuk mengembangkan potensi mereka sejak SMP," ungkap Trika.