Oleh H Tulus, mantan Sekretaris Pribadi Menteri Agama
Jakarta (Antara Bali) - Meski setahun terakhir kesehatan mantan Menteri Agama Dr. H. Tarmizi Taher, Laksamana Muda TNI Purnawirawan, telah makin menurun, berita duka wafatnya almarhum pada hari Selasa 12 Februari 2013, pukul 04.30 WIB di RS Cipto Mangunkusumo dalam usia 76 tahun membawa rasa kehilangan yang mendalam terhadap sosok beliau.
Kepergian almarhum Bapak Tarmizi Taher meninggalkan kesan dan kenangan yang tidak mudah dilupakan, terutama bagi keluarga, sahabat, sejawat, handai-taulan, dan orang-orang yang mengenal dari dekat dan pernah berinteraksi dengan beliau semasa hidupnya.
Sebagaimana kita tahu, Tarmizi Taher pernah lima tahun menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Kementerian Agama dan menjadi Menteri Agama selama satu periode (lima tahun). Dengan demikian, masa efektif interaksi beliau di lingkungan Kementerian Agama (dahulu Departemen Agama) berlangsung dalam kurun waktu 10 tahun.
Saya mengenal beliau sejak menjadi Sekjen, karena posisi saya sebagai Sekpri Menteri Agama Munawir Sjadzali. Ketika pergantian Kabinet Pembangunan V, dimana Tarmizi Taher ditunjuk oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Agama dalam Kabinet Pembangunan VI menggantikan Munawir Sjadzali yang telah menjabat selama dua periode, saya masih ditugaskan sebagai Sekpri selama 1,5 tahun sebelum mendapat penugasan baru pada atase Bidang Urusan Haji di Arab Saudi selama 2,5 tahun dan pulang ke tanah air menjabat Direktur Pembinaan Haji.
Tulisan singkat ini tidak dapat merekam seluruh kesan dan kenangan bersama almarhum sebagai Sekjen dan kemudian Menteri Agama yang menjabat mulai tahun 1993 sampai 1998. Beberapa catatan berikut mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat dijadikan teladan dan inspirasi bagi pimpinan dan jajaran Kementerian Agama untuk membawa kementerian yang kita cintai ini menjadi lebih baik.
Kumpulkan tokoh agama
Agenda pertama yang dilakukan beliau setelah dilantik sebagai Menteri Agama adalah mengumpulkan tokoh-tokoh agama. Persoalan kerukunan dan pembinaan umat beragama menjadi perhatian atau concern pertama beliau. Dengan bahasa yang bijak dan persuasif sebagaimana ciri orang Padang yang pandai berbicara dan berdiplomasi, disampaikan oleh beliau ketika itu, bahwa persoalan kerukunan umat beragama tidak hanya menjadi tugas Kementerian Agama saja, tetapi mesti melibatkan para tokoh-tokoh agama.
Peran Kementerian Agama hanyalah memfasilitasi. Bahkan beliau menginginkan kerukunan umat beragama di Indonesia dapat menjadi model bagi dunia. Hal itu dikampanyekannya di mana-mana, baik di dalam negeri maupun di forum-forum internasional.
Menyangkut masalah pendidikan, beliau menekankan bahwa kakanwil Departemen Agama di daerah mesti menguasai tentang pendidikan atau kalau tidak menguasai, minimal punya perhatian terhadap pendidikan agama dan keagamaan.
Tarmizi Taher mencetuskan kebijakan bahwa rektor IAIN haruslah Doktor (S3). Dengan kriteria seperti itu, diharapkan tidak terjadi kesenjangan antara visi pengembangan perguruan tinggi agama Islam negeri dengan kapasitas intelektual dan kepemimpinan perguruan tinggi.
Tarmizi Taher yang semenjak bertugas sebagai dokter TNI Angkatan Laut dan Kapusbintal ABRI itu dikenal sebagai mubaligh, adalah sosok yang peduli terhadap masalah dakwah dan pembinaan umat. Oleh karena itu, untuk mengangkat Direktur Penerangan Agama Islam, dia memandang bahwa Direktur Penais itu tidak cukup dan tidak mesti seorang yang pintar berdakwah sebagai da'i dan mubaligh. Persyaratan yang lebih diperlukan dan diutamakan adalah kemampuan dalam menangani dakwah sehingga berjalan dengan baik.
Dalam masa kepemimpinan beliau, rekrutmen calon penghulu pada Kantor Urusan Agama (KUA) dan hakim pengadilan agama ditata menjadi lebih baik. Gagasan brilian beliau adalah, penghulu KUA direkrut dari lulusan terbaik Fakultas Ushuluddin IAIN peringkat 1 sampai 10, sedangkan hakim pengadilan agama adalah lulusan terbaik 1 sampai 10 Fakultas Syariah IAIN.
Perhajian
Di bidang penyelenggaraan ibadah haji, terobosan kebijakan Menteri Agama Tarmizi Taher, selain membangun Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) dan membentuk Dana Abadi Umat (DAU), yaitu peningkatan koordinasi lintas sektoral dengan instansi terkait, baik di dalam negeri maupun di Arab Saudi.
Dalam berkoordinasi dengan pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengenai urusan haji, selain menggunakan pendekatan formal,dan institusional, beliau menempuh pendekatan silaturrahim dan kekeluargaan. Beliau selaku Menteri Agama datang bersilaturrahim ke rumah Menteri Haji Arab Saudi, dan mengundang Menteri Haji Arab Saudi ke Indonesia.
Sebagai pimpinan, beliau terbuka menerima pemikiran dan masukan dari orang lain maupun bawahan. Pernah satu kali beliau menerima rombongan 10 orang perwira menengah Marinir dan satu pati AL yang datang menemuinya untuk menyampaikan saran dan masukan terkait penyelenggaraan ibadah haji.
Dalam diskusi di ruang kerja Menteri Agama, para tamu dari TNI AL itu mengkritisi kelemahan kepemimpinan kloter jemaah haji. Kesimpulannya, dalam pelatihan petugas haji non-kloter harus ada materi kepemimpinan dan beliau setuju dengan saran tersebut. Semenjak itu lahirlah kebijakan harus ada materi kepemimpinan dalam pelatihan calon petugas haji kloter.
Pertama kali yang diundang untuk mengisi materi kepemimpinan adalah mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) M. Arifin. Ada pun impian beliau yang belum terlaksana sampai sekarang adalah pembinaan jamaah haji oleh KBIH secara matang di Tanah Air.
Pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) mendapat perhatian serius dari beliau. Dalam pengangkatan pejabat, beliau tidak mengenal nepotisme suku, daerah dan golongan, Setiap pejabat eselon II dan I wajib menguasai manajemen strategik. Semenjak menjabat Sekjen, Tarmizi Taher membuat program kursus singkat ke universitas di Amerika Serikat dan Australia bagi para pejabat eselon III dan II pusat dan daerah untuk mempelajari Strategic Planning and Management.
Pengalaman yang tidak dapat saya lupakan bersama beliau adalah kesalahan anak buah, beliau yang tanggung jawab. Contoh kecil, pernah staf Biro Umum menyiapkan acara jamuan makan malam tamu menteri, terlalu mewah.
Biasanya Ibu Munawir Sjadzali (istri Menteri Agama) yang biasanya mengontrol persiapan jamuan, akan marah jika melihat jamuan yang mewah itu. Karena sudah terlanjur disiapkan, yang bisa dilakukan adalah mengatur "siasat" supaya bawahan tidak dimarahi.
Tarmizi Taher selaku Sekjen "pasang badan". Ketika Ibu Munawir datang mengontrol persiapan, beliau berada disitu. Sebelum Ibu Munawir berkomentar dan menegur, Tarmizi Taher mengatakan, "Ini ada hadiah dari pihak hotel". Ibu Munawir tidak jadi marah dan selamatlah staf tadi dari kena marah.
Saya menyimpulkan almarhum adalah contoh dan teladan kepemimpinan yang humanis, disiplin dan berkarakter. Ia melihat persoalan secara komprehensif, penuh kreatif serta inovatif dalam menjalankan tugas berat memimpin Departemen Agama. Selain sebagai pimpinan, saya memandang almarhum Tarmizi Taher sebagai bapak dan guru yang turut membesarkan saya.
Dalam keseharian di kantor, saya beberapa tahun menyiapkan menu makan siang dan makan malam (jika tidak ada kiriman dari Ibu Djusma Tarmizi di rumah) sesuai selera beliau, yaitu masakan Padang di Restoran Sari Bundo Jalan Ir. Djuanda Jakarta Pusat.
Saya berutang budi kepada beliau sebagai mantan atasan dan pimpinan. Kata pepatah, "Utang emas dapat dibayar, utang budi dibawa mati". Perasaan itulah yang mengenang di lubuk hati saya sewaktu menatap jenazah almarhum di kediaman. Kenangan saya menerawang ke masa lalu, terkenang masa bersama beliau di Kementerian Agama yang tidak akan kembali.
Selamat Jalan Bapak Tarmizi Taher. Semoga jasa dan amal pengabdian bapak diterima disisi Allah SWT dan semua kesalahan bapak diampuni-Nya. Amiin. (*/T007)
