Jakarta (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) pada Februari 2024 mencapai 2,75 persen.
“Tingkat inflasi tahunan pada Februari 2024 adalah 2,75 persen, atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 102,75 pada Februari 2023 menjadi 105,58 pada Februari 2024,” kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah di Jakarta, Jumat.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi tahunan terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yaitu sebesar 6,36 persen dan memberikan andil 1,79 persen terhadap inflasi umum.
Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar dari kelompok ini antara lain beras (0,67 persen), cabai merah (0,17 persen), daging ayam ras (0,14 persen), sigaret kretek mesin (0,13 persen) dan tomat (0,11 persen).
Komoditas lain di luar makanan, minuman dan tembakau yang memberikan andil inflasi cukup signifikan adalah emas perhiasan, angkutan udara, dan biaya kontrak rumah.
Inflasi terjadi di seluruh inflasi, dengan tingkat inflasi tertinggi terjadi pada Provinsi Papua Selatan sebesar 4,61 persen.
Kemudian, Provinsi Gorontalo dengan inflasi 3,73 persen, Bengkulu 3,68 persen, Kalimantan Timur 3,28 persen, Jawa Barat 3,09 persen, dan Nusa Tenggara Timur 3,01 persen.
Adapun inflasi terendah terjadi di Papua Barat Daya dengan inflasi 1,81 persen. Disusul oleh Kepulauan Bangka Belitung 1,86 persen, DKI Jakarta 2,12 persen, Sulawesi Barat 2,22 persen, Kalimantan Selatan 2,27 persen, dan Bali 2,98 persen.
Secara komponen, tingkat inflasi komponen inti secara tahunan relatif stabil, yakni sebesar 1,68 persen. Sementara tekanan inflasi tahunan pada komponen harga diatur pemerintah lebih rendah bila dibandingkan Januari 2024, yakni menjadi 1,67 persen dari 1,74 persen.
Sedangkan komponen harga bergejolak mengalami peningkatan tekanan inflasi, di mana inflasi pada Januari tercatat 7,22 persen lalu naik menjadi 8,47 persen pada Februari.
Baca juga: BPS catat ekonomi Indonesia alami inflasi 0,37 persen pada Februari 2024